200 Ribu Kasus COVID-19 yang Bikin Indonesia 'Ditakuti' Dunia


BERITANESIA.id - Sejak terkonfirmasinya 2 kasus pertama di Indonesia pada Maret 2020, laju penularan virus Corona COVID-19 terus meningkat. Jumlah kasus positif akhirnya menembus angka 200 ribu di bulan ketujuh.

Pada Selasa (8/9/2020), jumlah kasus positif bertambah 3.046 sehingga total menjadi 200.035 kasus. Dari angka tersebut, sebanyak 142.958 pasien dinyatakan sembuh, dan 8.230 pasien meninggal dunia.

Dalam sepekan terakhir, tercatat rata-rata penambahan kasus baru COVID-19 sebanyak 3.209 kasus perhari. Rinciannya sebagai berikut:

  • Selasa (8/9/2020) tambah 3.046 kasus baru menjadi 200.035
  • Senin (7/9/2020) tambah 2.880 kasus baru menjadi 196.989
  • Minggu (6/9/2020) tambah 3.444 kasus baru menjadi 194.109
  • Sabtu (5/9/2020) tambah 3.128 kasus baru menjadi 190.665
  • Jumat (4/9/2020) tambah 3.269 kasus baru menjadi 187.537
  • Kamis (3/9/2020) tambah 3.622 kasus baru menjadi 184.268
  • Rabu (2/9/2020) tambah 3.075 kasus baru menjadi 180.646

Di saat yang sama, sejumlah negara memberlakukan larangan bepergian ke negara lain termasuk Indonesia. Malaysia menutup pintunya untuk warga negara Indonesia, Filipina, dan India mulai 7 September 2020. Tingginya jumlah kasus COVID-19 menjadi alasan utamanya.

Amerika Serikat melalui Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) juga mengeluarkan peringatan level 3 bagi warganya yang hendak terbang ke Indonesia. Warga diimbau untuk menghindari atau menunda kunjungan ke Indonesia yang dinilai berisiko tinggi.

"Bila Anda sampai jatuh sakit di Indonesia, sumber daya yang ada mungkin terbatas. Buat rencana dengan matang dan pelajari bagaimana cara mendapat layanan kesehatan di luar negeri," tulis CDC di situs resminya.

Negara lain seperti Jepang, Australia, dan juga Brunei Darusalam juga memperketat kunjungan dari luar negeri. Indonesia termasuk dalam pembatasan tersebut sebagaimana negara-negara lain yang masih bergelut mengatasi pandemi.

Juru bicara Satgas COVID-19, Prof Wiku Adisasmita, mengatakan mobilitas antarnegara memang sudah seharusnya dibatasi untuk menahan laju persebaran virus Corona. Menurutnya, tidak ada negara yang benar-benar siap menghadapi pandemi.

"Mobilitasnya dibatasi hanya melakukan perjalanan yang esensial saja dan betul-betul melaksanakan protokol kesehatan," jelas Prof Wiku.


Sumber :detik.com

Tags