Fakta! Jahe Merah Sebagai Immunomudulator COVID-19 Akan Diuji Klinis


BERITANESIA.id - Masa pandemi COVID-19 masih saja terus berlangsung, berbagai uji klinis pun masih terus dilakukan oleh para peneliti guna menemukan obat untuk menangani COVID-19. Termasuk dilakukannya uji klinis untuk obat herbal dengan kandungan jahe merah sebagai immunomodulator COVID-19 ini.

Maka dari itu, webinar ini membahas secara mendalam mengenai benar tidaknya produk dengan kandungan jahe merah di dalamnya dapat berperan sebagai Immunomodulator COVID-19. Pembahasan ini dilaksanakan pada Senin, 31 Agustus 2020. PT Bintang Toedjoe bersama LIPI dan didukung oleh BPOM dan IDI menggelar webinar yang bertemakan 'Hoax atau Fakta: Uji Klinis Jahe Merah Sebagai Immunomodulator COVID-19'.

Dalam acara tersebut, turut hadir narasumber Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik Badan POM RI Dra. Mayagustina Andarini, Apt., M.Sc, Kepala Pengembangan Inovasi dan Iptek LIPI Dr. Yan Riyanto ME, Pusat Penelitian Kimia LIPI Abdi Wira Septama, Ph.D., Ketua Ikatan Dokter Indonesia Dr. Daeng M Faqih SH, MH, Direktur Standarisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik Drs. Tepy Usia, Apt., M.Phil, Ph.D, serta Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe Simon Jonatan.

Dalam kesempatan tersebut, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik Badan POM RI Dra. Mayagustina Andarini, Apt., M.Sc. mengatakan jika kebijakan-kebijakan langkah strategis yang dilakukan oleh Badan POM dalam rangka menghadapi pandemi COVID-19 membawa hikmahnya tersendiri karena obat herbal kini jadi lebih dikenal dan diminati oleh masyarakat dan masyarakat menjadi lebih sadar bahwa dengan herbal ini imunnya akan lebih meningkat.

"Masyarakat jadi lebih memahami pentingnya mengkonsumsi obat herbal. Selain itu, ada percepatan yang kami lakukan dari hilirisasi obat herbal dan juga sosialisasi kepada pelaku usaha dan masyarakat," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (1/9/2020).

Lebih lanjut, Mayagustina mengatakan jika obat herbal ini dibagi menjadi tiga kategori, pertama adalah jamu, kedua adalah obat herbal berstandar dan ketiga adalah fitofarmaka.

"Nah kalo jamu adalah produk yang di mana khasiatnya sudah dikenal secara empiris, secara turun menurun sudah ada riwayatnya, kemudian apa itu obat herbal berstandar ini semua sudah ada sekitar 71 produk yang terdaftar di Badan POM produknya ini yang jelas herbal terstandar bahan bakunya kemudian sudah diuji pra klinis melalui uji hewan, kemudian yang ketiga adalah fitofarmaka yakni suatu produk yang sudah dilakukan uji klinis pada manusia," paparnya.

Ia juga menjelaskan tentang 24 produk dari fitofarmaka yang izin edarnya sudah ada di badan POM. Dengan jumlah yang masih sangat sedikit tersebut cukup beralasan karena untuk fitofarmaka ini membutuhkan efort yang lebih besar sebab harus ada uji yang dilakukan pada manusia.

"COVID-19 ini kan belum ada obatnya, nah, maka dari itu satu-satunya cara untuk melawannya adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kita, menyiapkan tubuh supaya imunnya menjadi meningkat, sehingga kalo ada benda asing yang masuk kita sudah siap tapi bukan membunuh virus ya, karena ini harus dilakukan uji yang spesifikasi," tuturnya.

Kepala Pusat Pengembangan Inovasi dan Iptek LIPI Dr. Yan Riyanto ME mengatakan terkait dengan kerja sama antara LIPI dengan PT Bintang Toedjoe untuk bekerja sama dalam jangka waktu tiga tahun untuk pengembangan dan kolaborasi di berbagai macam riset di berbagai bidang salah satunya adalah uji klinis di bidang kesehatan terkait dengan salah satu produk Bintang Toedjoe. Oleh karena itu, LIPI sebagai lembaga riset di Indonesia terbuka untuk meneliti salah satu produknya.

"Pengembangan ini tentu sangat berpotensi untuk dikembangkan ke depannya ya," paparnya.

Pusat Penelitian Kimia LIPI Abdi Wira Septama mengatakan pentingnya untuk mengingkatkan sistem imunitas yakni dengan bahan-bahan yang mampu memacu memodulasi imunitas atau immunodulator.

"Secara terminologinya, immunodulator merupakan satu bahan yang dapat memodulasi atau mengatur sistem imunitas dengan cara menekan reaksi imun yang berlebihan, kemudian meningkatkan reaksi imunitas dan dapat memperbaiki reaksi imunitas dalam keadaan tidak seimbang," paparnya.

Secara tidak langsung immunodulator mampu memodulasi sistem kekebalan tubuh atau imunitas, baik menstimulasi pada keadaan yang kekurangan atau memperbaiki reaksi imunitas pada keadaan tidak seimbang.

"Kami telah melakukan penelitian mengenai beberapa potensi 20 tanaman obat yang dapat dijadikan sebagai immunodulator, penelitian ini kami lakukan dengan screaning terhadap 20 tanaman obat yang secara turun menurun memiliki aktivitas immunodulator," katanya.

Sementara itu, menanggapi semakin bertambahnya pasien COVID-10 di Indonesia, Ketua Ikatan Dokter Indonesia Dr. Daeng M Faqih SH MH mengatakan secara nasional memang angka per hari pasien yang tertular COVID-19 mencapai 3000 pasien. Oleh karena itu, ia mengimbau kepada masyarakat untuk bergotong royong menjaga daya tahan tubuh supaya tidak tertular COVID-19.

"Oleh karena itu, menjalankan protokol kesehatan penting dilakukan. Selain itu juga harus meningkatkan daya tahan tubuh, karena dengan kondisi yang prima maka meskipun kita tertular atau terpapar, imunitas dalam tubuh bisa melawan," tuturnya.


Lebih lanjut Daeng menambahkan jika dirinya memberikan apresiasi kepada LIPI dan PT Bintang Toedjoe untuk melakukan penelitian yang baik yang sudah mengarah kepada uji klinis guna menghasilkan sebuah immunodulator supaya daya tahan tubuh menjadi lebih prima. Daeng juga meminta masyarakat waspada tentang berbagai obat yang saat ini beredar yang diklaim dan dipercaya sebagai obat yang mampu menanggulangi COVID-19.


"Kita di dalam memberikan pernyataan di bidang kedokteran dan kesehatan tidak berdasarkan testimoni dan kampanye, tetapi kita lebih berdasarkan metode-metode keilmuan. jadi informasi yang disampaikan harus berujuk pada sebuah metode keilmuan yang benar," katanya.

Lebih lanjut Daeng mengatakan yang dicontohkan oleh pihak LIPI bersama Bintang Toedjoe ini merupakan bagian agar masyarakat memahami dalam memilah atau menanggulangi hoaks yang berkaitan dengan obat COVID-19 atau informasi tentang penanganan COVID-19 dengan terus menerus memberikan informais keilmuan yang baik.

"Maka saya yakin akan mampu melawan hoaks yang berdasarkan testimoni, pengakuan atau beradasarkan iklan-iklan di medsos. Itu yang harus kita perangi bersama," paparnya.

Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe Simon Jonatan mengatakan bagaimana PT Bintang Todjoe terus mencari produk-poduk immunodulator untuk bisa menyiapkan masyarakat betapa pentingnya obat tradisional sebagai imunitas dan juga bisa meningkatkan kesejahteraan dari para petani, khususnya petani jahe merah.

Tak hanya itu saja, PT Bintang Toedjoe terbuka untuk bekerja sama dengan instansi pemerintah maupun organisasi lainnya untuk terus melakukan penelitian sebagai uji klinis untuk menanggulangi COVID-19.

"Saya sangat berterima kasih kepada LIPI untuk bekerja sama dengan Bintang Toedjoe dalam mengadakan uji klinis bejo jahe merah," paparnya.

PT Bintang Toedjoe adalah perusahaan farmasi yang menghasilkan produk obat-obatan dan jamu yang banyak memanfaatkan tanaman herbal. Seperti produk Bejo Jahe Merah dan Bejo Susu Jahe Merah yang memiliki kandungan jahe merah di dalamnya dan telah bekerja sama dengan banyak petani yang tersebar di seluruh Indonesia.

Ekosistem jahe merah sudah terbentuk sejak 2015 dengan menggandeng ekstraktor untuk memastikan standar kualitas eksrak jahe merah. Bejo Jahe Merah yang akan di uji klinis merupakan salah satu produk dengan kosep ekosistem yang dimulai dengan membina para petani dengan mengusung konsep sharing ekonomi.

Konsep ekosistem ini memastikan dari bahan yang akan di uji klinis yang merupakan tanaman obat asli Indonesia. PT Bintang Toedjoe memiliki misi dari sekian tetes keringat petani dan peneliti melalui sharing ekonomi dengan perusahaan ekstraktor dihasilkan produk jamu herbal berkualitas dunia berbasis bukti ilmiah yang juga didukung oleh pemerintah.

"Dengan ekosistem produk yang akan di uji klinis ini akan traceable & recorded mulai dari bibitnya, cara menanamnya, lokasinya, SOP pascapanennya sampai dengan ekstraksinya," tuturnya.

Simon juga menambahkan tujuan dari PT Bintang Toedjoe melakukan uji klinis terhadap jahe merah tidak lain bahwa jahe merah memiliki berbagai khasiat dan manfaat untuk tubuh. Tak hanya itu saja, jahe merah juga dipilih oleh LIPI sebagai tanaman herbal yang dipilih untuk diuji klinis.

"Kami juga akan terus mendukung segala macam bentuk pengujian klinis obat herbal yang dilakukan oleh instansi pemerintah. Apalagi jahe merah ini hanya ada di Indonesia," katanya.

Jahe merah memang memiliki berbagai manfaat yakni untuk daya tahan tubuh seperti menurunkan tekanan darah, antibakteri, menurunkan asam urat, menurunkan kadar kolesterol, dan afrodisiak. Jahe merah pun bermanfaat untuk mencegah penyakit kronis degeneratif, seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes pada orang-orang lanjut usia. Maka dari itu, Simon berharap jika jahe merah bisa terus dikenal sebagai tanaman obat asli kebanggan Indonesia.

"Kami telah roadshow ke kementrian, ke beberapa universitas untuk bersama-sama secara terintegrasi mulai dari pembenihan sampai dengan kontrol mutunya untuk menjadikan jahe merah sebagai ginsengnya Indonesia. Uji klinis yang kami lakukan selama tiga tahun betujuan supaya jahe merah menjadi produk kebanggaan Indonesia," tutupnya.


Sumber : detiknews

Tags