Fakta Ngenes Jepang dan Thailand yang Terjun ke Jurang Resesi


BERITANESIA.id - Jepang dan Thailand resmi menyusul sederet negara yang terjun ke dalam jurang resesi. Pandemi virus Corona dinilai jadi biang kerok dua negara ini melambat ekonominya.

Ekonomi Thailand mengalami tekanan besar pada kuartal II 2020 bahkan terparah sejak krisis keuangan 1998. Thailand pun resmi masuk jurang resesi.

Mengutip Reuters, Selasa (18/8/2020), berdasarkan data badan perencanaan negara, penurunan pariwisata asing memberikan tekanan besar pada Thailand karena pandemi Corona. Tak hanya itu, Corona juga memukul konsumsi, investasi swasta dan ekspor.

Ekonomi Thailand yang sangat bergantung pada pariwisata dan ekspor tercatat minus 12,2% pada kuartal II 2020 dibanding periode yang dari tahun sebelumnya. Kondisi itu sekaligus mengantar Thailand ke jurang resesi menyusul raihan kuartal I yang minus 2%.

Ekonom dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan ekonomi akan menyusut 13,3% tahun ke tahun dan turun 11,4% kuartal ke kuartal.

Deputi Baru Perdana Menteri Supattanapong Punmeechaow mengatakan pemerintah akan mengumumkan lebih banyak stimulus bulan ini sebagai langkah menghadapi pelemahan ekonomi.

"Untuk mendukung ekonomi dan semua kelompok orang yang terkena dampak (resesi)," kata Supattanapong.

Kontraksi ekonomi yang terjadi juga diperparah dengan masalah lain bagi pemerintah Thailand yang tengah menghadapi protes anti-pemerintah. Pemulihan ekonomi Thailand juga dinilai akan memakan waktu lama.

"Rilis ekonomi hari ini menggarisbawahi jatuhnya permintaan agregat, baik secara eksternal maupun internal. Pemulihan akan berlangsung lama karena guncangan pada sisi permintaan dan pasokan telah menjadi yang paling parah dalam ingatan yang masih hidup," kata Kobsidthi Silpachai, kepala riset pasar modal Kasikornbank.

Jepang juga sudah terjerembap ke dalam jurang resesi. Apa penyebab utamanya?

Jepang juga telah resmi masuk resesi. Perekonomian negeri Sakura disebut merosot paling dalam sepanjang masa di tengah upaya melawan pandemi virus Corona.

Dilansir dari BBC, Jepang yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar ketiga dunia ini, justru mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut.

Tercatat ekonomi Jepang minus 7,8% pada kuartal II. Atau minus 27,8% dari waktu yang sama di tahun sebelumnya.

Faktor utama di balik kemerosotan tersebut adalah penurunan konsumsi domestik yang parah. Padahal konsumsi domestik Jepang menyumbang lebih dari separuh perekonomian. Ekspor juga turun tajam karena perdagangan global dilanda pandemi.

Penurunan tersebut memberikan tekanan lebih lanjut pada ekonomi Jepang yang sudah berjuang dengan efek kenaikan pajak penjualan menjadi 10% tahun lalu. Belum lagi dengan dampak topan Hagibis terhadap ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 ini merupakan penurunan paling besar sejak angka pembanding tersedia di tahun 1980. Jumlahnya pun sedikit lebih besar dari perkiraan para analis. Sementara itu, bila dilihat datanya, penurunan ekonomi Jepang saat ini menjadi kinerja terburuknya sejak 1955.

Namun, sebagian besar analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi Jepang akan pulih dalam beberapa bulan mendatang.

Harapan nampaknya masih dimiliki oleh Jepang. Lembaga Capital Economics mengatakan meski Jepang berada di tengah gelombang kedua infeksi, sistem perawatan kesehatannya tidak kewalahan. Bahkan dilaporkan kini kasus baru mulai menurun.

Mereka memprediksi pertumbuhan ekonomi Jepang dalam kuartal III tahun ini bangkit kembali dan berlanjut hingga tahun depan.

Perdana Menteri Shinzo Abe pun telah memperkenalkan paket stimulus besar-besaran yang bertujuan untuk membantu meredam pukulan pandemi.

sumber : detikfinance

Tags