Literasi DIgital bagi Tenaga Didik dan Anak Didik di Era Digital


BERITANESIA.ID - Rangkaian Webinar sebagai bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital yang pada 20 Mei 2021 lalu telah dibuka oleh presiden Jokowi kembali bergulir. Kali ini di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan, dengan mengusung tema: “Literasi DIgital bagi Tenaga Didik dan Anak Didik di Era DIgital”.

Kegiatan yang berlangsung pada hari Senin, tanggal 21 Juni 2021 pukul 09.00 - 12.00 ini ditujukan untuk bagaimana bisa memaksimalkan pola keseharian kita yang serba digital terutama di bidang pendidikan.

Pada webinar yang menyasar target segmen guru, pelajar, mahasiswa dan dosen, sukses dihadiri oleh sekitar 800 peserta daring ini, hadir dan memberikan materinya secara virtual, para Narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Nida Nidiana, Higher Primary Academic Coordinator, kemudian ada Resista Vikaliana, S.Si., M.M. yang merupakan dosen, penulis buku dan penggiat Taman Bacaan KBM. Hadir pula H. Zaibin, S.Pd. M.Pd, Kepala Pembinaan SD serta Alma Prisilya, M.Pd, kandidat Sosialator Program Literasi Nasional Nyalanesia. Bertindak sebagai Key Opinion Leader (KOL) adalah  Tysa Novenny Sariosa, News Anchor TVOne.  Hadir pula selaku Keynote Speaker, Samuel A. Pangerapan Dirjen Aptika Kementerian Kominfo.

Pada Sesi pertama, Nida Nidiana menyampaikan kalau tenaga pengajar harus cakap dalam menggunakan gawai. Pengetahuan tentang aplikasi apa yang efektif untuk mendukung proses belajar mengajar juga harus dikuasai. Ada banyak aplikasi yang lazim digunakan seperti Google Classroom, Class Dojo, Edmodo, Microsoft Teams.  Spesifikasi teknis dari gawai yang digunakan juga harus dicermati agar kegiatan penyampaian materi berlangsung lancar.

Narasumber kedua Resista Vikaliana mengingatkan pentingnya menjaga keamanan materi pendidikan. Salah satunya dengan menggunakan watermark dan Digital Right Management. Resista kemudian menuturkan untuk selalu menjaga privasi diri. Hal ini penting untuk menghindari hacking. Menjaga privasi salah satunya dengan cara menggunakan password yang berbeda untuk tiap aplikasi.

Tampil sebagai pembicara ketiga H. Zaibin. Ia menyampaikan tentang pentingnya menjaga kode etik saat berinteraksi di dunia digital. Interaksi merupakan proses komunikasi dua arah antar pengguna terkait mendiskusikan ide, topik, dan isu dalam ruang digital. Pada media digital, interaksi bersifat sosial. Hasil yang diharapkan adalah interaksi yang sehat dan menghangatkan seperti menjalin relasi atau pertemanan pada umumnya. Contohnya: menjalin pertemanan di Facebook, menciptakan ide membuat video dan gambar yang dapat berpengaruh positif bagi orang lain, memunculkan ide startup bersama melalui komunikasi secara digital misalnya dengan mengadakan rapat daring, mengirim hasil diskusi melalui email, dan menyimpan semua data di cloud storage.

Pembicara keempat Alma Prisilya membawakan materi “Digital Culture untuk Guru dan Murid di Era Digital”. Menurut Alma ketika kita sudah menjadikan digital sebagai budaya maka perhatikan etikanya dan hati-hati terhadap berita hoax, bijak dalam bermedia sosial. Tanamkan etika di dunia digital, dampingi anak dalam dunia digital. Kita harus tahu dan paham apa tujuan kita dalam berinternet. 

Tysa Novenny Sariosa sebagai key opinion leader dalam webinar kali ini menuturkan mau tidak mau orang tua sekarang harus menjadi tenaga pendidik yang tentunya  membutuhkan energi positif. Diharapkan dalam pembelajaran digital seperti yang terjadi sekarang ini orang tua tetap mendampingi anaknya.  Lalu masalah keamanan seperti scamming, hacking data kita selama mengikuti pembelajaran online juga harus diperhatikan. Kemudian etika dalam menggunakan internet seperti anak ingin mencari sesuatu dan jangan sampai mereka melihat konten yang belum seharusnya dan belum pantas dilihat oleh anak. 

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Salah satu pertanyaan menarik dilontarkan Sandika Sandra. Ia ingin mengetahui bagaimana membangun culture dengan digital mindset di dunia digital agar mudah dipahami untuk anak-anak? Pertanyaan ini ditanggapi Alma Prisilya. Menurutnya budaya adalah segala sesuatu yang sudah ada dan masuk kedalam kehidupan sehari-hari. Itu artinya kita memasukkan ke dalam aspek digital yaitu pembelajaran. Untuk anak tingkat SD dan SMP mereka sudah memahami budaya digital seperti Whatsapp. Jadi kita harus mengenalkan beragam fitur seputar pembelajaran seperti Facebook Page untuk pembelajaran Bahasa Inggris misalnya.

Webinar ini merupakan satu dari ribuan webinar yang secara simultan dan massif diselenggarakan di seluruh daerah di Indonesia. Kegiatan massif yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan  kognitif-nya untuk  mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet. 

Pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 202,6 juta jiwa. Total jumlah penduduk Indonesia sendiri saat ini adalah 274,9 juta jiwa. Ini artinya, penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7 persen. 

Namun pada saat bersamaan, data menunjukkan bahwa indeks literasi digital Indonesia masih pada angka 3,47 dari skala 1 hingga 4. Hal itu menunjukkan indeks literasi digital Indonesia masih di bawah tingkatan baik. Dalam konteks inilah webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI ini menjadi agenda yang amat strategis dan krusial, dalam membekali seluruh masyarakat Indonesia beraktifitas di ranah digital.