Literasi Digital Pekanbaru "Cerdas Bermedsos Generasi Milenial"


BERITANESIA.ID - Rangkaian Webinar sebagai bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital yang pada 20 Mei 2021 lalu telah dibuka oleh presiden Jokowi kembali bergulir. Kali ini di Pekanbaru, Provinsi Riau, dengan mengusung tema “Cerdas Bermedsos Generasi Milenial”

Kegiatan yang berlangsung pada hari Kamis, tanggal 24 Juni 2021 pukul 14.00 - 17.00 ini mengupas pentingnya bermedsos dengan bijak di tengah masyarakat global.

Pada webinar yang menyasar target segmen mahasiswa dan swasta ini sukses dihadiri oleh 596 peserta daring. Hadir dan memberikan materinya secara virtual, para Narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Jimi N. Mahameruaji, M.Si (Dosen Prodi Televisi dan Film Fikom Unpad), Arie Maya Lestari, S.Si (Master Mentor SIGAP UMKM), Dr. Irawan Harahap, S.H., S.E., M.Kn, CLA (Kepala Badan Hukum dan Etika Universitas Lancang Kuning ) dan Dr. Junaidi, S.S., M.Hum (Rektor Universitas Lancang Kuning). Tampil sebagai Key Opinion Leader (KOL) adalah Hanna Faridl (Host Podcast Informasi Seputar perkembangan industri fashion muslim Indonesia(Modestalk.id). Hadir pula selaku Keynote Speaker, Dirjen Aptika Kementerian Kominfo Samuel A. Pangerapan.

Pada sesi pertama tampil Jimi N. Mahameruaji, M.Si. Ia menyampaikan materi tentang cerdas dalam bermedia sosial. Media sosial itu masuk ke dalam media digital, yaitu media yang isi kontennya berupa data digital, baik itu teks, foto, audio ada di dalam perangkat. Berbeda dengan zaman dulu yang ada bentuk fisiknya. Lalu pada akhirnya terjadi transformasi hingga menjadi digitalisasi. Beliau juga menyampaikan tentang Fungsi Media sosial yaitu tempat untuk bersosialisasi, sebagai wadah kreativitas, media promosi yang biasanya untuk bisnis, lalu media sosial dapat menjadi sumber informasi yang beritanya sama seperti di koran dan televisi, namun balik lagi kita tetap harus memilih mana yang akurat dan mana yang bukan. 

Arie Maya Lestari, S.Si tampil sebagai pembicara kedua. Ia menyebutkan bahwa kita harus pintar memilih teman dan menggunakan sosial media dengan bijak. Lalu beliau juga menjelaskan beberapa fitur keamanan yang ada di berbagai platform media sosial, sehingga akun pengguna dapat melindungi akunnya dari ancaman pembajak dan orang-orang yang tidak diinginkan. Lalu ibu Arie juga menjelaskan cara-cara agar pengguna dapat lebih nyaman menggunakan media sosialnya. Lalu beliau juga menjelaskan tentang hal-hal yang harus dihindari agar akun kita aman, misalnya tidak mengklik tautan yang tidak jelas asalnya. Beliau juga menyebutkan bahwa menggunakan sandi dengan kata yang unik sangat penting. Dan beliau juga menyebutkan kita sebagai pengguna harus membuat konten yang bijak dan bermanfaat untuk mencegah ancaman privacy dan segala hal yang tidak diinginkan.

Sebagai pembicara ketiga tampil Dr. Irawan Harahap, S.H., S.E., M.Kn, CLA, SHI. Ia  menyampaikan  tentang etika penggunaan media sosial, kalau kita ingin dicitrakan baik maka gunakan juga dengan baik media sosial kita. Karena jika membagikan status di media sosial maka akan dilihat banyak orang dan bersifat sosial. 

Pembicara keempat Dr. Junaidi, S.S., M.Hum menyampaikan tentang Digital Culture and Literacy. Sejak pandemic kita dipaksa untuk melakukan hal-hal secara online, seperti kuliah. Penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana budaya digital dan literasi agar kita bisa bijak bermedia dan beretika saat menggunakan media sosial. Budaya digital mengacu pada budaya yang dibentuk oleh kemunculan dan penggunaan teknologi digital. teknologi digital tidak bisa ditolak, yang paling penting adalah budaya digital yang dihasilkan oleh teknologi digital ini tidak menghilangkan identitas budaya kita sendiri. Sekarang bahkan ada aplikasi yang menyediakan jasa untuk membelikan makanan untuk kita sehingga kita tidak perlu memasak jika tidak ingin. Karena ada fasilitas dalam budaya digital, maka semua menjadi mudah. Lalu dengan adanya dunia digital akan lebih banyak anak-anak yang kreatif dan produktif. 

Hanna Faridl sebagai key opinion leader dalam webinar kali ini menuturkan teknologi memang sulit dibatasi, media memang sangat mempermudah namun media juga bisa menjadi hal yang menyeramkan. Teknologi memang semuanya serba cepat dan serba instan. Apapun yang kita kerjakan goalsnya jangan lagi di viewers dan angka. Tapi nikmati prosesnya. Karena mie instan juga butuh proses sampai bisa dimakan. Setiap kita posting konten jangan menganggap kita ini tidak maju, nikmati prosesnya, konsisten, dan bijak. Era digital ini bisa dibilang setiap peluang bisa diciptakan. Semua hal diciptakan dari masalah dan keresahan, mungkin bisa jadi hal itu merupakan perubahan. Karena pada masa ini lebih baik menjadi solusi sebuah masalah yang ada di sekitar kita. 

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Salah satu pertanyaan menarik datang dari Merdian Nata. Ia bertanya bagaimana penjelasan mengenai UU ITE yang mengatur penghinaan atau pencemaran nama baik? Dan apa saja dasar hukum serta contoh kasusnya? Pertanyaan ini dijawab Irawan Harahap. Menurutnya  Saat ini memang diatur UU ITE. Kalau kita baca dalam UU tersebut kita sering sekali menyebutkan kata hoax. Pada pasal 27 ayat 1 dijelaskan bahwa melalui media sosial pun kita dapat memunculkan tentang perjudian. Misalnya saat ada pertandingan bola, banyak sekali yang mengajak taruhan club bola mana yang akan menang. Untuk pencemaran nama baik, contohnya body shaming, meskipun memang yang dikatakan adalah fakta dan orang itu tidak suka jika dibilang seperti itu, maka itu sudah bisa disebut pencemaran nama baik. Memang yang sering terjadi adalah yang muda-muda hanya berniat bercanda namun yang menjadi korban ini tidak terima. Maka dari itu hati-hati dalam beretika di media sosial sangat diperlukan, semua yang kita sampaikan harus diarsip dan dipikirkan apa dampak yang akan timbul. 

Webinar ini merupakan satu dari ribuan webinar yang secara simultan dan massif diselenggarakan di seluruh daerah di Indonesia. Kegiatan massif yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan  kognitif-nya untuk  mengidentifikasi hoax serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet. 

Pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 202,6 juta jiwa. Total jumlah penduduk Indonesia sendiri saat ini adalah 274,9 juta jiwa. Ini artinya, penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7 persen. 

Namun pada saat bersamaan, data menunjukkan bahwa indeks literasi digital Indonesia masih pada angka 3,47 dari skala 1 hingga 4. Hal itu menunjukkan indeks literasi digital Indonesia masih di bawah tingkatan baik. Dalam konteks inilah webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI ini menjadi agenda yang amat strategis dan krusial, dalam membekali seluruh masyarakat Indonesia beraktifitas di ranah digital.