'Masyarakat Harus Pintar Memilah Informasi, Jangan Mudah Terhasut'


BERITANESIA.id - Masyarakat diharapkan cerdas dan tidak mudah terprovokasi oleh informasi-informasi yang belum jelas kebenarannya. Kerap kali seliweran informasi di media sosial yang belum valid dapat memecah belah keutuhan masyarakat.

"Oleh sebab itu masyarakat harus pintar memilahnya. Informasi-informasi muncul di media sosial harus diperhatikan terlebih dahulu sehingga tidak mudah terhasut," ujar Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho dalam keterangannya, Jumat (10/7).

Menurutnya, masyarakat harus memahami adanya provokasi yang bisa mengarah kepada konflik sosial yang bisa berakibat pada bentrokan fisik. Untuk itu masyarakat harus bisa lebih berhati-hati memilih dan menyebarkan berita.

"Kuncinya tentu masyarakat harus paham bahayanya," kata Septiaji

Dia menyampaikan, agar tidak mudah termakan hoaks dan hasutan sehingga perlu dikroscek dari beberapa sumber yang ada. Masyarakat diminta untuk bersabar dalam memilah berita dan tidak langsung menelan begitu saja.

"Kita tunggu dulu, kita cek dulu ke beberapa sumber yang lain baru kita membuat kesimpulan. Jadi kita jangan mudah termakan oleh informasi yang mungkin disebar melalui grup WA (WhatsApp), facebook atau media sosial lain," tuturnya.

Septiaji berharap masyarakat jangan mau membaca informasi dari situs abal-abal. Jika masyarakat merasa bingung dengan informasi yang ada maka perlu cari tahu dari sumber-sumber yang valid lainnya.

"Nah masyarakat perlu berlatih untuk tahu untuk tidak mengambil dari situs-situs yang tidak jelas. Secara prinsip media, media yang bisa dipercaya adalah media yang sudah terdaftar di Dewan Pers yang bisa lebih terjamin ke validannya," tandasnya.

Dia mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini telah melakukan upaya-upaya penangkalan informasi keliru dan menghasut dengan melibatkan masyarakat. "Kami dari Mafindo mengelola dua situs turnbackhoax.id dan cekfakta.com, kemudian dari kominfo itu juga punya data-data tentang isu-isu yang dinyatakan hoaks atau salah. Termasuk kawan-kawan media online juga ada kolom atau kanal-kanal untuk cek fakta. Saya rasa masyarakat perlu tahu bahwa itu ada," jelasnya.

Selain itu, Septiaji juga menyarankan bahwa perlu ada kegiatan silaturahmi antara tokoh masyarakat atau tokoh agama yang ditengahi oleh pemerintah sebagai penyambung lidah antara pemerintah dengan masyarakat.

"Di beberapa daerah ada kegiatan untuk menyambungkan lidah di antara masyarakat. Contoh di Purworejo itu menyelenggarakan kegiatan satu bulan sekali, di Klaten juga. Saya rasa ke depan harus diperbanyak kegiatan untuk saling mempertemukan suara-suara masyarakat, jadi kita bisa menyamakan persepsi untuk melawan informasi provokasi dan adu domba itu," pungkasnya.

 

Sumber : Merdeka.com

Tags