Peningkatan Kecakapan Digital di Masa Pandemi


BERITANESIA.ID - Rangkaian Webinar sebagai bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital yang pada 20 Mei 2021 lalu telah dibuka oleh presiden Jokowi kembali bergulir. Kali ini di Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, dengan mengusung tema “Peningkatan Kecakapan Digital di Masa Pandemi”.

Kegiatan yang berlangsung pada hari Jumat, tanggal 25 Juni 2021 pukul 14.00 - 17.00 ini mengupas tentang kecakapan digital perlu didalami agar bisa makin baik dalam menjadi bagian dari masyarakat global..

Pada webinar yang menyasar target segmen ASN, mahasiswa dan umum ini sukses dihadiri oleh 447 peserta daring. Hadir dan memberikan materinya secara virtual, para Narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni  Bambang Iman Santoso, S.T (CEO PT.Neuronesia Neurosain Indonesia), Panji Wasmana (Technology Director Microsoft Indonesia), Sonny Juanda Nasution dan Hadi Saputra Panggabean, S.Pd.I, M.Pd (Dosen & Universitas Pembangunan Panca Budi Medan). Kamaratih Kusuma (Jurnalis, Presenter “Apa Kabar Indonesia Pagi” TvOne, MC/Moderator) tampil sebagai Key Opinion Leader (KOL). Hadir pula selaku Keynote Speaker Dirjen Aptika Kementerian KOMINFO Samuel A. Pangerapan.

Pada sesi pertama tampil Bambang Iman Santoso, S.T  Ia menyampaikan materi tentang “ETIS BERMEDIA DIGITAL”. Di zaman sekarang, literasi digital menjadi kemampuan umum yang wajib dimiliki setiap warga Indonesia, tentunya literasi baca menjadi prasyaratnya. Etika di media digital yang harus diperhatikan adalah netiket masyarakat digital, waspadai konten negative, interaksi bermakna digital, bijak berinteraksi dan bertransaksi, digital as tools. Perubahan perilaku yang dialami di media digital adalah gaya hidup sehat, lebih dekat dengan teknologi, simpati dan empati lebih baik, lebih religius takut mati, dan mendekatkan diri kepada Tuhan, lebih menyukai keasrian alam, dan lebih rasional, informatif, dan berwawasan. Kita memang harus bersikap bijak dan beretika dengan baik di dunia digital. 

Panji Wasmana tampil sebagai pembicara kedua. Ia menyampaikan materi berjudul “Internet Sehat dan Aman Saat Belajar Online”.  Menurut Panji, internet sehat adalah metode memaksimalkan pengalaman online yang diinginkan dan meminimalkan pengalaman yang terkait dengan konten, kontak, perilaku, dan niaga yang illegal, tidak pantas, atau tidak sah. Internet sehat memberikan proteksi kepada setiap individu adalah hal paling utama. Empat hal yang utama yang beresiko di dunia online yaitu konten, kontak target, perilaku actor, dan niaga. Jaga perangkat anda dan lindungi apa yang penting bagi anda, jadikan internet lebih aman dengan mempraktikkan kesopanan digital, dan bantu diri anda dan anak-anak anda tetap aman saat online. Perangkat anda juga harus tetap memperbarui semua semua perangkat lunak, lindungi dengan kata sandi, pikirkan sebelum anda mengklik, berhati-hatilah dengan flash atau drive USB. Dasar-dasar keamanan online untuk rekan-rekan pelajar dengan menjaga kerahasiaan informasi pribadi, potensi konsekuensi jangka panjang, situs web mungkin membagikan atau menjual informasi anda, percayai naluri anda dan laporkan perilaku buruk, dan yang terakhir gunakan situs e-learning yang dikelola resmi oleh sekolah, negara, atau perusahaan penyelenggara pendidikan yang sah dan terdaftar. Jangan lupa untuk mengajari dan melindungi anak-anak tentang konsep privasi, perundungan digital, dan konsekuensi dalam bermedia sosial. 

Sebagai pembicara ketiga tampil Sonny Juanda Nasution. Menurutnya era revolusi industri 4.0 saat ini disrupsi, dan bahkan di masa pandemi COVID-19 ini, transformasi secara digital tidak hanya harus dilakukan oleh pelaku bisnis dan perusahaan semata, namun pemerintah, dunia pendidikan, organisasi, serta masyarakat menjadi suatu keharusan seiring dengan semakin mudahnya akses informasi yang diberikan melalui teknologi digital yang telah mengglobal. Pandemi COVID-19 yang dialami oleh Indonesia dan dunia saat ini mempercepat transformasi digital. Pentingnya digital skill, melihat kondisi masyarakat Indonesia yang berinteraksi secara digital. Di berbagai institusi pendidikan baik formal dan non formal, pengenalan dan pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah diperkenalkan. Bahkan masyarakat Indonesia juga merupakan salah satu pengguna internet terbesar di dunia. Mengacu pada digcom 2.0 europran commission, terdapat lima kompetensi digital yang dapat diupayakan meliputi, informasi dan literasi data. Kompetensi itu meliputi kemampuan mencari Digital skill yang diperlukan saat ini yaitu kemampuan berkomunikasi secara bijak, memahami penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Teknologi Digital, termasuk gawai. Lalu memahami penggunaan berbagai aplikasi digital dan memahami promosi dan pemasaran digital. Digital skill ini di dunia kerja jika diurai yaitu kemampuan: Pemecahan masalah yang komplek, berpikir kritis, kreativitas, manajemen manusia, berkoordinasi dengan orang lain, kecerdasan emosional, penilaian dan pengambilan keputusan, berorientasi servis, negosiasi, dan fleksibilitas kognitif. Lebih dari setengah skil tersebut merupakan soft skill, faktor paling penting untuk dimiliki para pekerja di masa depan, seperti kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain, memecahkan masalah, serta aspek kecerdasan emosional lainnya. Soft skill sangat berbeda dengan hard skill. 

Pembicara keempat Hadi Saputra Panggabean, S.Pd.I, M.Pd menyampaikan materi tentang “Digital Culture for Digital Transformation”. Transformasi digital sebagai proses memanfaatkan teknologi digital yang ada seperti teknologi virtualisasi, komputasi bergerak, komputasi awan, integrasi semua sistem yang ada di organisasi dan lain sebagainya. Transformasi digital sebagai dampak yang diperoleh atas digunakannya kombinasi inovasi digital yang dihasilkan sehingga menimbulkan perubahan terhadap struktur, nilai, proses, posisi ataupun ekosistem di dalam organisasi maupun lingkungan luar organisasi. Yang mendorong transformasi digital adalah internet, infrastruktur, smartphone, dan COVID-19. Keunggulan digital menjadi kekuatan baru, pertama dunia digital sulit untuk dipisahkan dari kehidupan manusia dan bisnis memanfaatkan keunggulan digital. kedua, transformasi digital adalah pintu masuk terjadinya perubahan. Ketiga, manusia sebagai agen perubahan dalam budaya digital. Keunggulan digital telah menjadi kekuatan baru yang memungkinkan terjadinya kolaborasi, fleksibilitas, dan profit sharing. Konsekuensinya adalah dengan melakukan perubahan yang bahkan secara radikal terkait proses bisnis, model bisnis, dan bahkan melakukan investasi teknologi baru.

Tiga aspek pentingnya membangun budaya digital yang pertama adalah Participation (bagaimana masyarakat berpartisipasi penuh dan mampu memberikan kontribusi untuk tujuan bersama). Kedua, Remediation (bagaimana merubah budaya lama menjadi budaya baru yang lebih bermanfaat) dan yang ketiga adalah Bricolage (bagaimana memanfaatkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya untuk membentuk hal baru yang lebih efektif dan efisien.  

Kamaratih Kusuma sebagai key opinion leader dalam webinar kali ini menuturkan kita harus saling sharing ilmu seputar bermedia digital, bermedia sosial, dan beretika di dunia digital. Saling mengingatkan dan jangan sampai menjadi pribadi yang cuek dan menyebarkan konten negatif di media sosial.

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Salah satu pertanyaan menarik datang dari Rini Soraya. Ia bertanya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan digital skill.  Pertanyaan ini dijawab Sonny Nasution. Menurutnya keberadaan orang tua dan guru sangat berperan penting, dan mengikuti kegiatan literasi digital seperti yang diadakan oleh pemerintah ini. Ini lah kesempatan kita untuk meningkatkan digital skill.

Webinar ini merupakan satu dari ribuan webinar yang secara simultan dan massif diselenggarakan di seluruh daerah di Indonesia. Kegiatan massif yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan  kognitif-nya untuk  mengidentifikasi hoax serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet. 

Pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 202,6 juta jiwa. Total jumlah penduduk Indonesia sendiri saat ini adalah 274,9 juta jiwa. Ini artinya, penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7 persen. 

Namun pada saat bersamaan, data menunjukkan bahwa indeks literasi digital Indonesia masih pada angka 3,47 dari skala 1 hingga 4. Hal itu menunjukkan indeks literasi digital Indonesia masih di bawah tingkatan baik. Dalam konteks inilah webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI ini menjadi agenda yang amat strategis dan krusial, dalam membekali seluruh masyarakat Indonesia beraktifitas di ranah digital.