Webinar Literasi Digital "Adaptasi Peserta Didik Dan Guru Dalam Pembelajaran Digital" Aceh Tenggara 11 Juni 2021


BERITANESIA.ID - Webinar Literasi Digital di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh telah berhasil dilaksanakan pada Jumat, 11 Juni 2021 pukul 09.00 hingga 12.00, dengan tajuk “Adaptasi Peserta Didik dan Guru Dalam Pembelajaran Digital”.


Kegiatan massif yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan  kognitif-nya untuk  mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet. 


Pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 202,6 juta jiwa. Total jumlah penduduk Indonesia sendiri saat ini adalah 274,9 juta jiwa. Ini artinya, penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7 persen. 


Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah terkait literasi digital. "Hasil survei literasi digital yang kita lakukan bersama siberkreasi dan katadata pada 2020 menunjukkan bahwa indeks literasi digital Indonesia masih pada angka 3,47 dari skala 1 hingga 4. Hal itu menunjukkan indeks literasi digital kita masih di bawah tingkatan baik," katanya lewat diskusi virtual. Dalam konteks inilah webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI ini menjadi agenda yang amat strategis dan krusial, dalam membekali seluruh masyarakat Indonesia beraktifitas di ranah digital.


Pada webinar yang menyasar target segmen Umum, SIswa dan Tenaga Pendidik ini, sukses dihadiri oleh 1420 peserta daring ini, hadir dan memberikan materinya secara virtual, para Narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Mustiantono B.Sc. (hons). M.Eng, Head IT Infrastructure at Banking Industry; Bayu Wardhana, Pemimpin Redaksi Independen.id; Dr. Lesmana Rian Andhika SE, M.A,  Ketua STKIP Usman Safri Kutacane; dan Caca Andika A.Md, Wakil Direktur CV Alas Project. Yona Marissa bertindak sebagai Key Opinion Leader (KOL) dan memberikan pengalamannya. Para narasumber tersebut memperbincangkan tentang 4 pilar literasi digital, yakni Digital Culture, Digital Ethic, Digital Safety dan Digital Skill.


Pada Sesi Pertama, Mustiantono B.Sc. (hons). M.Eng menyampaikan materi dengan tema “Kemampuan Digital dalam Pembelajaran Online''. Komunikasi merupakan jalur utama dalam pembelajaran, dalam pembelajaran online koneksi internet sangat dibutuhkan untuk menggunakan aplikasi pembelajaran yaitu seperti zoom, microsoft teams, dan google meet. Kemudian  dibutuhkan referensi untuk dapat dipelajari lebih lanjut yang bisa didapatkan oleh siswa melalui platform seperti Youtube, slideshare, bookmate, ruangguru,  ruangmahasiswa, atau crayonpedia. Pemberian tugas dan ujian bisa dilakukan oleh pendidik melalui metode manual kemudian siswa dapat mengirimkan hasil ujian nya melalui email, WA, maupun google drive. Platform Google scholar juga menyediakan layanan untuk mencari literatur ilmiah dari berbagai disiplin ilmu dan sumber, baik artikel, thesis, abstrak hingga keputusan pengadilan dll.


Giliran pembicara kedua, Bayu Wardhana mengisi webinar dengan tema “Fitur Keamanan Di Berbagai Aplikasi Pembelajaran Online”. Seiring dengan pesatnya perkembangan di era digital, peretasan elektronik menjadi efek negatif yang sering kita temui sekarang ini. Keamanan perangkat keras seperti ponsel dan laptop dapat ditingkatkan namun tetap tergantung pada seri dari perangkat itu sendiri. Fitur keamanan yang tersedia dapat berupa kata sandi, sidik jari, pola maupun pengenalan wajah. Perlu dilakukan pengecekan pembaruan aplikasi secara berkala pada gadget yang kita miliki, tujuannya adalah agar aplikasi lebih cepat kinerjanya, tidak mudah dibobol hacker, hemat baterai dll. 


Tampil sebagai pembicara ketiga, Dr. Lesmana Rian Andhika SE, M.AP dengan tema “Adaptasi peserta didik dan guru dalam pembelajaran digital”. Digital culture merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan bhineka tunggal ika dalam kehidupan sehari-hari. Dampak rendahnya pemahaman atas nilai Pancasila dan bhineka tunggal ika adalah  ketidakmampuan memahami batasan kebebasan berekspresi. Area digital culture meliputi pengetahuan dasar akan nilai-nilai Pancasila dan bhineka tunggal ika sebagai landasan kecakapan digital dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara. 


Pembicara keempat, Caca Andika A.Md memberi materi bertema “Adaptasi Peserta Didik dan Guru dalam Pembelajaran Digital”.  Etika tradisional atau etika offline menyangkut tata cara lama, kebiasaan dan budaya yang merupakan kesepakatan bersama dari setiap kelompok masyarakat, sehingga menunjukkan apa yang pantas dan tidak pantas. Etika kontemporer atau etika elektronik dan online menyangkut tata cara, kebiasaan dan  budaya yang  berkembang karena teknologi yang memungkinkan pertemuan sosial budaya secara lebih luas dan global. Komunikasi digital adalah komunikasi global yang melintasi batas-batas geografis dan batas batas budaya, dimana pada setiap batas geografis dan  budaya tersebut memiliki batasan etika yang berbeda. Tantangan guru dalam dunia digital yaitu mengajar dengan ragam budaya dengan multi bahasa, serta mengajar dengan teknologi sehingga menghasilkan siswa yang melek teknologi pula.


Yona Marissai selaku Key Opinion Leader (KOL) mengemukakan pendapatnya “Pembelajaran digital merupakan suatu tantangan tersendiri, kita yang tadinya belajar offline, kemudian secara paksa harus belajar melalui belajar online, jika penggunaan internet dimanfaatkan dengan baik akan membantu pembelajaran pada sekarang ini”.


Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Seperti Yogi Hartama yang bertanya, pengguna internet setiap tahun nya semakin meningkat, bagaimana kita mengatasi hal tersebut supaya masyarakat tidak menyalahgunakan penggunaan internet? Narasumber  Caca Andika A.Md menanggapi, ada beberapa tips untuk mencegah hate speech dan penyalahgunaan penggunaan internet, yaitu dengan edukasi yang baik mulai dari kalangan terdekat seperti keluarga. Dari Kementerian KOMINFO juga telah memberikan edukasi melalui webinar literasi digital seperti yang kita sedang lakukan ini, webinar literasi digital ini sudah menjadi upaya yang jelas untuk mencegah penyalahgunaan internet oleh masyarakat


Webinar di Kabupaten Aceh Tenggara ini merupakan satu dari rangkaian webinar yang diselenggarakan serentak di seluruh Indonesia. Masyarakat diharapkan dapat hadir pada webinar-webinar yang akan datang.


(litdig/dw)