BERITANESIA.id - Faikha Schroeder sedang menikmati liburan sekolah
ketika menerima pesan bahwa salah satu rekan pengajarnya di Al-Taqwa College,
dinyatakan positif COVID-19. Kini sekolah Islam di pinggiran kota Melbourne itu
telah menjadi klaster dengan 113 kasus.
Faikha menerima pesan itu pada 27 Juni lalu. Memasuki
1 Juli, datang pesan lain dari pihak sekolah bahwa semua guru harus menjalani
tes COVID-19.
Guru pada jenjang sekolah menengah ini telah menjalani
tes pertama dan dinyatakan negatif. Kini dia masih menunggu hasil tes keduanya.
Faikha sendiri tidak tahu hasil tes rekan-rekannya, atau sumber virus ini, yang
hingga hari Kamis (9/07) telah menyebabkan 113 kasus, klaster terbesar di
Victoria saat ini.
Namun kepada ABC, dia menjelaskan bahwa ada
murid-muridnya yang tinggal di blok-blok perumahan rakyat di beberapa lokasi di
Melbourne, yang telah diisolasi karena terjadinya penyebaran virus.
"Kami memiliki layanan bus sekolah dari lokasi
itu," jelas Faikha seraya menambahkan murid-muridnya menempuh jarak yang
cukup jauh ke sekolah.
Pada Kamis sore, Pejabat Medis Tertinggi Victoria
Brett Sutton mengkonfirmasi adanya "kaitan epidemiologis" antara
sekolah Al-Taqwa dengan perumahan rakyat tersebut.
Namun, dia menegaskan tetap sulit untuk menentukan
secara tepat sumber virus di blok-blok perumahan tersebut.
"Mungkin menyebar dari satu pihak, mungkin juga
justru dari pihak yang lain. Mungkin ada beberapa sumber penyebaran yang masuk
ke blok-blok itu," jelasnya.
Profesor Sutton sebelumnya menyatakan hampir tidak
mungkin mengidentifikasi sumber penyebaran yang terjadi pada blok-blok
perumahan rakyat di Melbourne.
"Terkadang orang pertama yang memiliki gejala
justru bukanlah orang pertama yang terpapar virus," jelas Prof Sutton.
Departemen kesehatan setempat sebelumnya menyatakan
penyebaran COVID-19 di Al-Taqwa terkait dengan klaster di daerah Sunshine West
dan Truganina.
Kasus-kasus pertama di Al-Taqwa muncul bersamaan
dengan saat terjadinya transmisi lokal di Melbourne.
Masih menjadi misteri bagaimana seorang guru yang
terinfeksi pada akhir semester lalu, mungkin menjadi sumber penyebaran virus ke
l00 lebih orang lainnya.
'Mendengar
dan mematuhi peringatan pemerintah'
Kepala sekolah Al-Taqwa College, Omar Hallak, telah
memperingatkan orang tua dan siswa pada bulan April lalu agar mendengarkan
pesan resmi pemerintah dan melihat virus ini secara serius.
"Saya meminta semua guru agar mengikuti sikap
pemerintah kita, lindungi keluarga Anda dan jangan biarkan mereka keluar
rumah," katanya.
"Kita harus mendengar dan mematuhi peringatan
dari pemerintah."
Ketika sekolah dibuka kembali setelah liburan semester
pertama, Faikha sendiri telah bersikap lebih waspada.
"Saya mengikuti protokol kesehatan, membersihkan
tangan dan lainnya," katanya.
"Saya sangat berhati-hati dalam berinteraksi
dengan para murid, karena sadar bahwa saya lebih berisiko menulari mereka
daripada sebaliknya."
Baru pada tanggal 5 Juli - lebih dari seminggu setelah
kasus pertama terdeteksi - Al-Taqwa College mengeluarkan pernyataan. Saat itu,
sudah ada 59 kasus positif.
"Dengan rasa menyesal kami mengumumkan bahwa
sejumlah staf dan murid kami dinyatakan positif COVID-19," kata Hallak
dalam pernyataannya.
"Semua staf dan murid telah diminta melakukan tes
dan menjalani karantina sementara DHHS (Departemen Kesehatan dan Layanan
Sosial) melakukan pelacakan dan College menjalani pembersihan
besar-besaran."
"Kami mengambil langkah-langkah tambahan sejak
wabah terjadi, termasuk membelanjakan A$100.000 untuk pembersihan dan
higienitas, dengan melibatkan pihak yang disetujui oleh DHHS."
"Kami telah berusaha sebaik mungkin untuk
mencegah adanya kasus di sekolah ini. Namun sayangnya, ini di luar kendali kami
sebagaimana yang terjadi di sekolah lain di Victoria, di seluruh Australia dan
di seluruh dunia."
Punya
cabang di Indonesia
Menurut websitenya, Al-Taqwa College didirikan oleh
Hallak pada tahun 1986 karena menyadari pentingnya mendidik generasi muda di
lingkungan Islam.
Dia pun membeli lahan seluas 50 hektar di daerah
pinggiran Melbourne yang masih jarang penduduknya dan memulai sekolah dengan
hanya 25 murid di bangunan temporer.
Tiga dekade berikutnya, populasi sekolah telah
berkembang menjadi 2.200 murid, sejalan dengan meningkatnya populasi di kawasan
itu sebanyak 200.000 penduduk.
Pada tahun 2001, putra Hallak, Mohammad, ditunjuk
sebagai wakil kepala sekolah sekaligus manajer bisnis.
"Al-Taqwa College, kampus utama dari bisnis kami,
memiliki omset tahunan lebih dari A$31 juta dolar, mempekerjakan lebih dari 300
staf dan menawarkan pendidikan berkualitas kepada lebih dari 2.200 murid,"
demikian disebutkan dalam profil Mohammad Hallak di medsos.
Sekolah ini juga memiliki kampus yang beroperasi
sebagai lembaga pendidikan, termasuk memiliki cabang di Indonesia, dan kamp
sekolah di Bairnsdale, East Gippsland.
Unggahan mengenai COVID-19 di akun Facebook sekolah
ini mengundang banyak komentar. Ada yang mengkritik soal kebersihan sekolah,
yang diakui sekolah sebagai "masalah toilet". Ada pula yang memuji
langkah-langkah yang telah diambil.
klaster
al taqwa
Tidak
berhubungan dengan perayaan Idul Fitri
Meskipun ini sekolah Islam, tampaknya sumber
penyebaran sama sekali tidak terkait dengan perayaan Idul Fitri, yang terjadi
pada 24 Mei silam. Jaraknya sudah lebih dari sebulan sebelum kasus pertama
muncul di Al-Taqwa.
Dewan Islam Victoria mengatakan, upaya mengaitkan
penyebaran virus ini dengan perayaan Idul Fitri atau masyarakat Islam secara
umum, sangatlah tidak adil.
Upaya seperti itu, katanya, mencerminkan Islamofobia
yang nyata di saat semua pihak seharusnya bersatu melawan pandemi ini.
Pejabat pemerintah lokal Wyndham City, Intaj Khan,
yang mewakili wilayah lokasi sekolah tersebut menyatakan belum mendengar adanya
kekhawatiran mengenai cara penanganan klaster ini.
Intaj yang anak-anaknya juga pernah bersekolah di
Al-Taqwa menyebutkan kawasan Wyndham sangat multikultural sehingga pemerintah
seharusnya lebih meningkatkan penyadaran risiko COVID-19 dalam bahasa selain
Bahasa Inggris.
Sementara itu Habeeb mengatakan dirinya sama sekali
tidak ragu untuk mengirim keempat anaknya kembali ke Al-Taqwa.
Anak bungsunya, katanya, bahkan sudah bertanya-tanya
kapan dia bisa masuk sekolah lagi.
"Dia tahu apa yang terjadi, tapi tetap ingin
kembali ke sekolah," katanya.
Sumber
: detik.com