• Beranda
  • Berita
  • Klaster Virus Corona di Sekolah Islam Al-Taqwa Jadi Terbesar di Melbourne
Internasional

Klaster Virus Corona di Sekolah Islam Al-Taqwa Jadi Terbesar di Melbourne

By Sabtu, 11 Juli 2020 Pengunjung (1073) 5 Menit Bacaan
klaster-virus-corona-di-sekolah-islam-al-taqwa-jadi-terbesar-di-melbourne -

BERITANESIA.id - Faikha Schroeder sedang menikmati liburan sekolah ketika menerima pesan bahwa salah satu rekan pengajarnya di Al-Taqwa College, dinyatakan positif COVID-19. Kini sekolah Islam di pinggiran kota Melbourne itu telah menjadi klaster dengan 113 kasus.

Faikha menerima pesan itu pada 27 Juni lalu. Memasuki 1 Juli, datang pesan lain dari pihak sekolah bahwa semua guru harus menjalani tes COVID-19.

Guru pada jenjang sekolah menengah ini telah menjalani tes pertama dan dinyatakan negatif. Kini dia masih menunggu hasil tes keduanya.

Faikha sendiri tidak tahu hasil tes rekan-rekannya, atau sumber virus ini, yang hingga hari Kamis (9/07) telah menyebabkan 113 kasus, klaster terbesar di Victoria saat ini.

Namun kepada ABC, dia menjelaskan bahwa ada murid-muridnya yang tinggal di blok-blok perumahan rakyat di beberapa lokasi di Melbourne, yang telah diisolasi karena terjadinya penyebaran virus.

"Kami memiliki layanan bus sekolah dari lokasi itu," jelas Faikha seraya menambahkan murid-muridnya menempuh jarak yang cukup jauh ke sekolah.

Pada Kamis sore, Pejabat Medis Tertinggi Victoria Brett Sutton mengkonfirmasi adanya "kaitan epidemiologis" antara sekolah Al-Taqwa dengan perumahan rakyat tersebut.

Namun, dia menegaskan tetap sulit untuk menentukan secara tepat sumber virus di blok-blok perumahan tersebut.

"Mungkin menyebar dari satu pihak, mungkin juga justru dari pihak yang lain. Mungkin ada beberapa sumber penyebaran yang masuk ke blok-blok itu," jelasnya.

Profesor Sutton sebelumnya menyatakan hampir tidak mungkin mengidentifikasi sumber penyebaran yang terjadi pada blok-blok perumahan rakyat di Melbourne.

"Terkadang orang pertama yang memiliki gejala justru bukanlah orang pertama yang terpapar virus," jelas Prof Sutton.

Departemen kesehatan setempat sebelumnya menyatakan penyebaran COVID-19 di Al-Taqwa terkait dengan klaster di daerah Sunshine West dan Truganina.

Kasus-kasus pertama di Al-Taqwa muncul bersamaan dengan saat terjadinya transmisi lokal di Melbourne.

Masih menjadi misteri bagaimana seorang guru yang terinfeksi pada akhir semester lalu, mungkin menjadi sumber penyebaran virus ke l00 lebih orang lainnya.

'Mendengar dan mematuhi peringatan pemerintah'

Kepala sekolah Al-Taqwa College, Omar Hallak, telah memperingatkan orang tua dan siswa pada bulan April lalu agar mendengarkan pesan resmi pemerintah dan melihat virus ini secara serius.

"Saya meminta semua guru agar mengikuti sikap pemerintah kita, lindungi keluarga Anda dan jangan biarkan mereka keluar rumah," katanya.

"Kita harus mendengar dan mematuhi peringatan dari pemerintah."

Ketika sekolah dibuka kembali setelah liburan semester pertama, Faikha sendiri telah bersikap lebih waspada.

"Saya mengikuti protokol kesehatan, membersihkan tangan dan lainnya," katanya.

"Saya sangat berhati-hati dalam berinteraksi dengan para murid, karena sadar bahwa saya lebih berisiko menulari mereka daripada sebaliknya."

Baru pada tanggal 5 Juli - lebih dari seminggu setelah kasus pertama terdeteksi - Al-Taqwa College mengeluarkan pernyataan. Saat itu, sudah ada 59 kasus positif.

"Dengan rasa menyesal kami mengumumkan bahwa sejumlah staf dan murid kami dinyatakan positif COVID-19," kata Hallak dalam pernyataannya.

"Semua staf dan murid telah diminta melakukan tes dan menjalani karantina sementara DHHS (Departemen Kesehatan dan Layanan Sosial) melakukan pelacakan dan College menjalani pembersihan besar-besaran."

"Kami mengambil langkah-langkah tambahan sejak wabah terjadi, termasuk membelanjakan A$100.000 untuk pembersihan dan higienitas, dengan melibatkan pihak yang disetujui oleh DHHS."

"Kami telah berusaha sebaik mungkin untuk mencegah adanya kasus di sekolah ini. Namun sayangnya, ini di luar kendali kami sebagaimana yang terjadi di sekolah lain di Victoria, di seluruh Australia dan di seluruh dunia."

Punya cabang di Indonesia

Menurut websitenya, Al-Taqwa College didirikan oleh Hallak pada tahun 1986 karena menyadari pentingnya mendidik generasi muda di lingkungan Islam.

Dia pun membeli lahan seluas 50 hektar di daerah pinggiran Melbourne yang masih jarang penduduknya dan memulai sekolah dengan hanya 25 murid di bangunan temporer.

Tiga dekade berikutnya, populasi sekolah telah berkembang menjadi 2.200 murid, sejalan dengan meningkatnya populasi di kawasan itu sebanyak 200.000 penduduk.

Pada tahun 2001, putra Hallak, Mohammad, ditunjuk sebagai wakil kepala sekolah sekaligus manajer bisnis.

"Al-Taqwa College, kampus utama dari bisnis kami, memiliki omset tahunan lebih dari A$31 juta dolar, mempekerjakan lebih dari 300 staf dan menawarkan pendidikan berkualitas kepada lebih dari 2.200 murid," demikian disebutkan dalam profil Mohammad Hallak di medsos.

Sekolah ini juga memiliki kampus yang beroperasi sebagai lembaga pendidikan, termasuk memiliki cabang di Indonesia, dan kamp sekolah di Bairnsdale, East Gippsland.

Unggahan mengenai COVID-19 di akun Facebook sekolah ini mengundang banyak komentar. Ada yang mengkritik soal kebersihan sekolah, yang diakui sekolah sebagai "masalah toilet". Ada pula yang memuji langkah-langkah yang telah diambil.

klaster al taqwa

Tidak berhubungan dengan perayaan Idul Fitri

Meskipun ini sekolah Islam, tampaknya sumber penyebaran sama sekali tidak terkait dengan perayaan Idul Fitri, yang terjadi pada 24 Mei silam. Jaraknya sudah lebih dari sebulan sebelum kasus pertama muncul di Al-Taqwa.

Dewan Islam Victoria mengatakan, upaya mengaitkan penyebaran virus ini dengan perayaan Idul Fitri atau masyarakat Islam secara umum, sangatlah tidak adil.

Upaya seperti itu, katanya, mencerminkan Islamofobia yang nyata di saat semua pihak seharusnya bersatu melawan pandemi ini.

Pejabat pemerintah lokal Wyndham City, Intaj Khan, yang mewakili wilayah lokasi sekolah tersebut menyatakan belum mendengar adanya kekhawatiran mengenai cara penanganan klaster ini.

Intaj yang anak-anaknya juga pernah bersekolah di Al-Taqwa menyebutkan kawasan Wyndham sangat multikultural sehingga pemerintah seharusnya lebih meningkatkan penyadaran risiko COVID-19 dalam bahasa selain Bahasa Inggris.

Sementara itu Habeeb mengatakan dirinya sama sekali tidak ragu untuk mengirim keempat anaknya kembali ke Al-Taqwa.

Anak bungsunya, katanya, bahkan sudah bertanya-tanya kapan dia bisa masuk sekolah lagi.

"Dia tahu apa yang terjadi, tapi tetap ingin kembali ke sekolah," katanya.

Sumber : detik.com

Tag Terkait :

Berita Lainnya