masih menjadi negara paling berbahaya dan mematikan untuk . Menurut catatan Federasi Jurnalis Dunia (IFJ), sepanjang 2019 ada sepuluh pewarta yang di negara itu.
Seperti dilansir
, Selasa (10/12), IFJ menyatakan jurnalis yang menjadi korban pembunuhan sepanjang tahun ini mencapai 49 orang. Jumlah itu lebih rendah dari 2018 lalu yang mencapai 95 orang.Menurut Kepala Bidang Hak Asasi Manusia dan Keselamatan Jurnalis IFJ, Ernest Sagaga, di seluruh kawasan Amerika Selatan pada tahun ini tercatat ada 18 orang wartawan yang tewas dibunuh. Sedangkan di kawasan Afrika serta Asia Pasifik, jumlah jurnalis yang terbunuh masing-masing mencapai 9 dan 12 orang..
Sagaga menyatakan jumlah itu lebih rendah karena para jurnalis nampaknya semakin berhati-hati dalam menjalankan tugas. Namun, lanjut dia, di sisi lain masyarakat jadi kurang mendapat informasi terkait kondisi dan dugaan pelanggaran HAM di wilayah konflik. Alasan lain jumlah wartawan yang meninggal saat bertugas adalah konflik di Irak dan Suriah sudah mulai menurun. "Meski kami menyampaikan jumlah rekan-rekan jurnalis yang tewas saat bertugas menurun, tetapi kami melihat fakta bahwa sepertinya konflik-konflik ini tidak layak diliput oleh para profesional," kata SagagaSagaga melanjutkan, banyak jurnalis menghindari meliput di wilayah konflik tahun ini karena tingkat kekerasan yang sangat tinggi.
IFJ beranggotakan 600 ribu pewarta dari 187 serikat dan asosiasi di lebih dari 140 negara.source : cnnindonesia.com