Internasional Nasional

Menakar Untung Rugi Indonesia Gabung BRICS

By Ferdiansyah Senin, 28 Oktober 2024 Pengunjung (75) 2 Menit Bacaan
menakar-untung-rugi-indonesia-gabung-brics Ilustrasi BRICS. (SHUTTERSTOCK/RAFAPRESS) (Kompas.com)

Indonesia baru-baru ini resmi mengajukan diri untuk bergabung dengan aliansi ekonomi BRICS Plus, melalui surat kepada Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov. Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menjelaskan pro dan kontra yang mungkin dihadapi Indonesia jika bergabung dengan kelompok ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan ini. Keinginan bergabung ini juga selaras dengan program kerja Kabinet Merah Putih, seperti yang diungkapkan Menteri Luar Negeri RI, Sugiono.

Keuntungan Bergabung dengan BRICS

Hikmahanto melihat Indonesia bisa mengurangi dominasi negara-negara OECD dengan bergabung ke BRICS. OECD sendiri terdiri dari 38 negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Australia, yang berfokus pada kerja sama ekonomi multilateral. Dengan masuknya Indonesia ke BRICS, negara ini dapat memperkuat posisi di tengah kekuatan besar dunia, menyeimbangkan pengaruh OECD, serta membuka peluang perdagangan yang lebih luas.

Sebagai pengimpor minyak besar, Indonesia dapat diuntungkan dari harga minyak yang lebih murah dari Rusia yang sedang terkena embargo OECD. “Jika kita di BRICS, kendala ini akan lebih mudah teratasi,” ungkap Hikmahanto. Selain itu, BRICS juga berupaya memperkenalkan mata uang di luar dolar AS, yang bisa membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada dolar dalam transaksi internasional.

Potensi Kerugian Bergabung dengan BRICS

Namun, masuknya Indonesia ke BRICS dapat menimbulkan persepsi keberpihakan terhadap Rusia dan China. Ini berpotensi mempengaruhi hubungan diplomatik dengan AS dan negara-negara Eropa Barat. Hikmahanto menilai hal ini bisa menjadi risiko, meski tidak sampai pada penerapan sanksi oleh AS.

Meski demikian, Indonesia bisa menjaga keseimbangan antara BRICS dan OECD. Di bidang pertahanan, Indonesia tetap bisa mengandalkan AS dan OECD, sementara di bidang ekonomi dapat berfokus pada kerja sama dengan BRICS. Langkah ini juga mendukung politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, memastikan Indonesia tetap memiliki hubungan baik dengan kedua kelompok.

Berita Lainnya