• Beranda
  • Berita
  • Profil Pavel Durov, Pendiri Telegram yang Ditangkap di Prancis
Internasional

Profil Pavel Durov, Pendiri Telegram yang Ditangkap di Prancis

By Minggu, 25 Agustus 2024 Pengunjung (339) 2 Menit Bacaan
profil-pavel-durov-pendiri-telegram-yang-ditangkap-di-prancis -

BERITANESIA.ID, - Pavel Durov, pendiri dan CEO aplikasi pesan instan Telegram, ditangkap di Bandara Bourget, Prancis, pada Sabtu malam (24/8). Penangkapan ini dilaporkan oleh media internasional, dengan sumber anonim menyebutkan bahwa Durov ditahan karena kurangnya moderasi konten di Telegram. Polisi menilai bahwa lemahnya pengawasan di platform tersebut memungkinkan aktivitas kriminal terus berlangsung tanpa intervensi.

Lahir di Rusia pada 10 Oktober 1984, Durov kini berusia 40 tahun. Ia tumbuh besar di Turin, Italia, di mana ayahnya bekerja. Setelah menyelesaikan pendidikan di Saint Petersburg State University pada 2006, Durov bersama Ilya Perekopsky mendirikan VKontakte (VK), jejaring sosial yang kemudian menjadi sangat populer di Rusia.

Durov dikenal sebagai sosok yang teguh mempertahankan prinsip kebebasan berbicara. Pada tahun 2014, ia memutuskan meninggalkan Rusia setelah menolak tuntutan pemerintah untuk menutup komunitas oposisi di VK serta menolak bekerja sama dengan dinas rahasia Rusia yang memintanya memberikan akses ke data pengguna terenkripsi. Ia akhirnya menjual VK dan mulai fokus pada Telegram, yang semakin berkembang pesat.

Setelah meninggalkan Rusia, Durov terus berpindah-pindah. Pada 2017, ia memindahkan kantor Telegram ke Dubai, dan pada Agustus 2021, Durov resmi menjadi warga negara Prancis. Ia juga memperoleh kewarganegaraan Uni Emirat Arab (UEA) dan St. Kitts and Nevis, sebuah negara kepulauan di Karibia.

Dalam dunia bisnis teknologi, Durov sering kali disebut sebagai "Zuckerberg-nya Rusia" karena mendirikan VK pada usia yang sangat muda, yaitu 22 tahun. Selain Telegram dan VK, ia bersama saudaranya, Nikolai Durov, pernah mengembangkan sistem blockchain bernama TON (Telegram Open Network). Mereka berhasil mengumpulkan dana sebesar US$1,7 miliar dari para investor untuk proyek ini, namun proyek tersebut terpaksa dihentikan setelah mendapat larangan dari Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC).

Dengan kekayaan diperkirakan mencapai US$15,5 miliar menurut Forbes, Durov tercatat sebagai salah satu orang terkaya di dunia, berada di peringkat ke-122. Meski sukses besar dengan Telegram, Durov tetap berhadapan dengan tekanan dari pemerintah, termasuk Rusia yang memblokir Telegram pada 2018 karena menolak memberikan akses ke pesan terenkripsi pengguna. Pemblokiran ini baru dicabut pada 2020 setelah Telegram setuju untuk bekerja sama dalam memerangi terorisme dan ekstremisme di platformnya.

Tidak hanya di Rusia, Telegram juga sempat menghadapi tantangan di Indonesia. Pada 2017, aplikasi ini diblokir sementara oleh pemerintah Indonesia karena dianggap melanggar aturan. Durov pun datang langsung ke Jakarta untuk bertemu dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika era Rudiantara guna menyelesaikan masalah tersebut.

Meskipun menghadapi berbagai tekanan dari berbagai negara, Pavel Durov terus mempertahankan visinya untuk menjaga Telegram sebagai platform yang bebas dari sensor, sekaligus berusaha menjaga keamanan dan privasi penggunanya.

(bn/dw)

Tag Terkait :

Berita Lainnya