BERITANESIA.ID
- Singapura
dan Malaysia dilaporkan masih akan meninjau vaksin corona yang dikembangkan
oleh Sinovac Biotech China, menyusul hasil
efikasi yang diumumkan Brasil pada Selasa (12/1) hanya efektif 50,4 persen
mencegah gejala simtomatik.
Hasil itu hampir tidak memenuhi ambang
batas untuk mendapatkan persetujuan regulasi, sekaligus turun dari hasil
efikasi sebelumnya yang diumumkan Brasil pekan lalu yaitu 78 persen.
Menteri Kesehatan Singapura Gan Kim Yong pada Rabu (13/1) mengatakan vaksin
Sinovac harus melalui pengawasan peraturan dan otorisasi oleh Otoritas Ilmu
Kesehatan Singapura (HAS) sebelum dapat diberikan kepada publik.
"Kami akan teliti datanya saat datang, daripada bergantung pada angka yang
dilaporkan. Lebih baik mengandalkan data resmi yang kami terima dari Sinovac
sendiri," kata Gan seperti dikutip dari Straits Times.
Gan menjelaskan HAS akan menilai datanya
dan komite ahli Covid-19 negara juga akan mengevaluasi apakah vaksin itu cocok
untuk vaksinasi di Singapura.
"Kami akan membagikan lebih detail jika sudah tersedia," ujarnya.
Sementara itu di Malaysia, di hari yang sama Rabu (13/1), Menteri Sains,
Teknologi, dan Inovasi Khairy Jamaluddin mengatakan pihaknya akan melanjutkan
pengadaan pasokan vaksin Sinovac hanya jika vaksin itu memenuhi standar
keamanan dan kemanjuran regulator lokal.
Dia mencuit di Twitter bahwa Malaysia pertama-tama akan meninjau data klinis
Sinovac sebelum memberikan keputusan.
"Jika kami tidak puas dengan keamanan dan kemanjuran, kami tidak akan
melakukan pengadaan," cuitnya seperti dikutip dari Bangkok Post.
Sehari sebelumnya, Selasa (12/1),
Pharmaniaga Bhd Malaysia menandatangani kesepakatan dengan Sinovac untuk
membeli 14 juta dosis vaksin Covid-19 dan kemudian memproduksinya di dalam
negeri.
Selain itu, Negeri Jiran juga sedang dalam pembicaraan dengan produsen vaksin
lainnya yakni CanSino Biologics China dan Institut Gamaleya Rusia untuk
mengamankan total 23,9 juta dosis vaksin Covid-19.
Hasil efikasi vaksin Coronavac buatan Sinovac Biotech yang diumumkan Brasil
Selasa (12/1) menimbulkan pertanyaan dari berbagai pihak. Pasalnya, pekan lalu
Brasil baru menyatakan bahwa vaksin itu efektif 78 persen dalam uji coba tahap
akhir.
Dalam laporan terbarunya, Brasil mengklaim secara keseluruhan, vaksin itu 50
persen efektif mencegah pasien tertular Covid-19, termasuk untuk kasus yang
sangat ringan meski tidak menunjukkan gejala (asimtomatik).
"Ini adalah vaksin yang aman dan efektif yang memenuhi semua kriteria
untuk membenarkan penggunaannya dalam keadaan darurat," kata Dimas Covas
selaku Direktur Pusat Kesehatan Publik Sao Paulo, Institut Butantan.
Dilansir Channel News Asia, beberapa ilmuwan dan pengamat mengecam
Butantan karena pekan lalu merilis sebagian data yang menghasilkan ekspektasi
yang tidak realistis.
Dengan menurunnya hasil efikasi yang dilaporkan, kemungkinan akan menambah
keraguan di Brasil tentang vaksin buatan China.
"Kami memiliki vaksin yang bagus.
Bukan vaksin terbaik di dunia. Bukan vaksin yang ideal," kata Ahli
Mikrobiologi Natalia Pasternak, mengkritik nada kemenangan yang diumumkan
Institut Butantan pekan lalu.
Sebelum mengumumkan hasil efikasi sebanyak
dua kali, para peneliti di Butantan telah menunda pengumuman hasil uji klinis
vaksin Sinovac sebanyak tiga kali. Mereka menyalahkan klausul kerahasiaan dalam
kontrak dengan Sinovac.
Di Indonesia sendiri, Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) telah mengumumukan bahwa efikasi atau tingkat keampuhan
vaksin corona Sinovac sebesar 65,3 persen.
Angka tersebut sudah sesuai dengan standar
atau ambang batas efikasi yang ditetapkan WHO yakni minimal 50 persen. BPOM
juga telah mengeluarkan izin darurat penggunaan atau Emergency Use
authorization (EUA) atas vaksin Covid-19 Sinovac.
Pada Rabu (13/1) lalu Indonesia resmi
memulai vaksinasi Covid-19 dengan Sinovac di mana Presiden Jokowi menjadi orang pertama yang disuntik vaksin
sinovac
Sumber
:
CNNIndonesia.com