BERITANESIA.ID - Bantuan Sosial
yang telah dikirim Pemerintah sebesar 1,7 miliar rupiah kepada korban gempa di
Sulawesi (15/1) dirasa belum tersalurkan secara
merata. Bantuan
yang terdiri dari logistik, santunan
ahli waris, makanan, tenda, peralatan dapur, pakaian, alas tidur dan selimut
yang diberikan Kementerian Sosial dirasa belum cukup untuk seluruh korban bencana. Karenanya
beberapa warga korban bencana memilih untuk melakukan meminta bantuan melalui
media sosial.
Masri, Kepala
Desa Maliaya, Kecamatan Malunda, Majene, mengatakan bahwa pasca bencana 2 hari tidak ada
bantuan yang turun, ia membeli sendiri mie dan air mineral dan telah
mendistribusikan bantuan tersebut kepada warga. Bahkan, dirinya bahkan harus mengeluarkan uang
pribadinya, untuk membantu warga setempat. "Untuk sementara saya pakai uang pribadi
dulu, berkordinasi dengan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (Kadis PMD)
Kabupaten Majene," tambahnya.
Desa Maliaja adalah satu dari enam Desa yang terisolir
karena bencana gempa yang menghantam pada Jumat (15/01) lalu. Akses keluar dan
masuk desa tersebut menjadi tertutup longsor dan Pengungsi
di desa sulit menerima bantuan
dari luar. Akibatnya, persediaan makanan juga mulai
menipis.
"Banyak anak
kecil dan lansia, ada juga ibu hamil, peralatan medis lumpuh karena kantor
puskesmas rata dengan tanah, lampu listrik padam dan jaringan telekomunikasi
terputus serta hujan turun deras terus menerus," katanya. Menurut dia,
belum ada bantuan sama sekali dari pemerintah provinsi dan kabupaten maupun
dari relawan."Mohon bantuannya, ada banyak orang yang kedinginan, ada
banyak jiwa terancam kekurangan makanan, ada banyak manusia terancam
kesehatannya menurun," ujarnya.
Hingga hari
ketiga setelah gempa terjadi, enam desa terisolir di Kecamatan Ulumanda,
Kabupaten Majene, Sulawesi Barat belum terima bantuan. Keenam
desa tersebut yaitu Desa Sambabo, Kabiraan, Tande Allo, Ulumanda, Popenga dan
Panggalo. “Hingga hari ketiga setelah gempa belum ada bantuan yang masuk,” ujar
Fajaruddin Koordinator Tim Relawan FTI UMI Makassar Zakir Sabhara yang telah
terlebih dahulu masuk ke daerah tersebut. “Banyak warga yang rumahnya rubuh
karena gempa, ada juga terkena longsoran itu juga membutuhkan bantuan,”
sambungnya. Belum masuknya bantuan Desa terisolir tersebut dikarenakan akses ke
sana belum bisa dilalui oleh roda empat. Sehingga salah satu bantuan yang
mendesak saat ini yaitu alat berat untuk membuka akses ke wilayah
tersebut. “Kami berharap ada bantuan
dari pemerintah atau BNPB maupun BPBD supaya daerah terisolir ini bisa
diprioritaskan,” kata Zakir. “Bantuan mendesak adalah alat berat untuk membuka
akses,” sambungnya.
Diketahui sebelumnya, gempa bumi sebesar 6,2 SR mengguncang Sulawesi Barat pada Jumat dini hari, pukul 02.30 wita (15/01),dan mengakibatkan hampir 20 ribu orang mengungsi dan 81 orang dikabarkan meninggal dunia (18/1).
Penulis : Dara Sita Lauvea
Editor : TNA