• Beranda
  • Berita
  • Banyak Balai RW di Surabaya Belum Layak Digunakan Sebagai Sarana Belajar Baru
Nasional

Banyak Balai RW di Surabaya Belum Layak Digunakan Sebagai Sarana Belajar Baru

By Jumat, 24 Juli 2020 Pengunjung (1231) 4 Menit Bacaan
banyak-balai-rw-di-surabaya-belum-layak-digunakan-sebagai-sarana-belajar-baru -

BERITANESIA.id - Rencana memanfaatkan balai RW dan broadband learning center (BLC) dijadikan sarana belajar baru bagi siswa kurang mampu terus dimatangkan Pemkot Surabaya. Sudah ada 1.200 RW yang disurvei dari total 1.360 lembaga tersebut di Surabaya. Hasilnya, tidak semua balai RW atau BLC layak difungsikan sebagai lokasi new school.

Balai RW itu akan difungsikan sebagai tempat belajar untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu yang tidak bisa mendapatkan akses internet dengan mudah.

Gara-gara pandemi Covid-19, semua anak sekolah sekarang belajar di rumah. Nah, medium untuk belajar itu menggunakan telekonferensi yang membutuhkan akses internet.

Realitasnya, tidak semua anak memiliki ponsel. Selain itu, ada orang tuanya yang tidak punya cukup uang untuk membeli paket data. Padahal, di tengah masa sulit akibat pandemi Covid-19, banyak orang tua yang kehilangan pekerjaan. Ada pula pendapatannya yang turun drastis.

Pemkot pun menyiasatinya dengan memanfaatkan balai RW yang selama ini sudah di-support internet oleh Pemkot Surabaya. Kepala Bagian Administrasi Pemerintahan dan Otonomi Daerah Surabaya Achmad Zaini mengungkapkan, sudah ada 1.200 RW yang didata. Dari jumlah tersebut, sebagian besar cukup layak ditempati sebagai lokasi belajar. Meski banyak yang tidak memadai.

’’Yang bagus luasnya rata-rata 10 x 14 meter. Cukuplah kalau untuk 60 anak dengan protokol kesehatan. Bahkan ada yang lebih,’’ kata Zaini, Rabu (22/7). Misalnya, di RW 6 Menanggal. Lokasi tersebut memiliki luas sekitar 900 meter persegi. Di Perumahan Babatan Pilang, Wiyung, juga ada balai RW yang respresentatif untuk jadi tempat sekolah baru bagi siswa yang masuk kategori kurang mampu.

Perintah untuk pendataan balai RW tersebut datang dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Dia mengungkapkannya pada Sabtu (18/7) kepada awak media. Sebab, pada tahun ajaran baru ada siswa yang sulit mendapatkan akses ke media pembelajaran daring tersebut.

Nah, BLC dan balai RW menjadi solusinya. Tetapi harus dilengkapi sarana dan prasarana. Belajar di BLC dan balai RW hanya dikhususkan untuk siswa kategori tidak mampu.

Zaini menyebut ada balai RW yang sudah jarang digunakan sehingga perlu perbaikan ringan. Warga setempat pun mau kerja bakti untuk mengecat atau membersihkan balai RW tersebut. ’’Kalau yang di tengah kota kondisinya bagus. Tapi ukurannya kecil,’’ paparnya.

Nah, untuk menyiasatinya, ada sejumlah alternatif. Misalnya, menggunakan balai kelurahan atau kecamatan di tengah-tengah permukiman padat penduduk. Opsi tersebut masih dikaji untuk memastikan bahwa aman buat tempat belajar anak-anak.

’’Akan dipastikan dulu skema belajarnya seperti apa dengan anak-anak itu. Mungkin pekan depan sudah bisa dijalankan,’’ ujar Zaini.

Pemkot juga akan memastikan balai RW itu dilengkapi pula dengan sarana dan prasarana kesehatan. Misalnya, tempat cuci tangan dan hand sanitizer. Begitu pula di BLC.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Surabaya M. Fikser mengungkapkan, ada 53 lokasi BLC yang tersebar di banyak tempat di Surabaya. BLC tersebut ada yang berlokasi di flat milik pemkot. Ada pula yang berada di taman.

’’Kalau di BLC, semua sudah lengkap. Sudah ada komputer dan jaringan internetnya,’’ ungkap Fikser kemarin.

Hanya, selama masa pandemi, kegiatan di BLC dihentikan. Biasanya, BLC digunakan untuk pelatihan multimedia dan internet sehat bagi warga Surabaya. Termasuk dasar-dasar membuat desain dan presentasi yang ciamik.

Fikser menyebutkan, rata-rata kapasitas BCL itu sekitar 20 orang. Beberapa BLC terdapat satu meja dan satu kursi untuk satu orang. Meskipun ada pula yang tetap untuk dua orang. Physical distancing bisa dilakukan di BLC tersebut. ’’Nanti dilengkapi tempat cuci tangan pakai sabun dan hand sanitizer,’’ kata pria asal Serui, Papua, itu.

Yang juga dipersiapkan adalah protokol kesehatan di dalam BLC. Sebab, pemkot sudah punya kebijakan untuk tidak menggunakan pendingin udara atau air conditioner (AC). Sebab, dalam ruangan tertutup, potensi persebaran Covid-19 lebih besar. Maka, sekarang seluruh kantor Pemkot Surabaya tidak boleh menggunakan AC. Gantinya, kipas angin dan jendela dibuka lebar-lebar.

’’Ruangan BLC nanti disterilkan begitu selesai digunakan. Komputer juga akan dibersihkan dengan cairan disinfektan,’’ ungkap Fikser yang begitu aktif di Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Surabaya.

Yang tidak kalah penting, akan disiapkan masker kain untuk anak-anak. Masker itu hanya digunakan untuk anak yang lupa membawa masker. ’’Kasihan kan kalau nanti mereka sudah jauh-jauh datang tapi tidak boleh masuk karena tidak bawa masker,’’ papar Fikser.

 

Balai RW dan BLC Jadi New School

 

·         Total ada 1.360 RW di Surabaya. Sebanyak 1.200 RW sudah disurvei.

·         Total BLC ada 53 lokasi. Kapasitas satu BLC sekitar 20 orang.

·         Belum semua layak untuk dijadikan new school. Ada yang berukuran kecil dan tidak layak.

·         Opsi lain akan digunakan balai kelurahan atau balai kecamatan.

·         Total BLC ada 53 lokasi. Kapasitas satu BLC sekitar 20 orang.

·         Akan diberi sarana cuci tangan dan hand sanitizer.

·         Peralatan dan fasilitas lain dibersihkan secara berkala.

Sumber : Jawapos

 

 

Tag Terkait :

Berita Lainnya