BERITANESIA.id - Rencana memanfaatkan balai RW dan broadband learning
center (BLC) dijadikan sarana belajar baru bagi siswa kurang mampu terus
dimatangkan Pemkot Surabaya. Sudah ada 1.200 RW yang disurvei dari total 1.360
lembaga tersebut di Surabaya. Hasilnya, tidak semua balai RW atau BLC layak
difungsikan sebagai lokasi new school.
Balai RW itu akan difungsikan sebagai tempat belajar
untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu yang tidak bisa mendapatkan akses
internet dengan mudah.
Gara-gara pandemi Covid-19, semua anak sekolah
sekarang belajar di rumah. Nah, medium untuk belajar itu menggunakan
telekonferensi yang membutuhkan akses internet.
Realitasnya, tidak semua anak memiliki ponsel. Selain
itu, ada orang tuanya yang tidak punya cukup uang untuk membeli paket data. Padahal,
di tengah masa sulit akibat pandemi Covid-19, banyak orang tua yang kehilangan
pekerjaan. Ada pula pendapatannya yang turun drastis.
Pemkot pun menyiasatinya dengan memanfaatkan balai RW
yang selama ini sudah di-support internet oleh Pemkot Surabaya. Kepala Bagian
Administrasi Pemerintahan dan Otonomi Daerah Surabaya Achmad Zaini
mengungkapkan, sudah ada 1.200 RW yang didata. Dari jumlah tersebut, sebagian
besar cukup layak ditempati sebagai lokasi belajar. Meski banyak yang tidak
memadai.
’’Yang bagus luasnya rata-rata 10 x 14 meter. Cukuplah
kalau untuk 60 anak dengan protokol kesehatan. Bahkan ada yang lebih,’’ kata
Zaini, Rabu (22/7). Misalnya, di RW 6 Menanggal. Lokasi tersebut memiliki luas
sekitar 900 meter persegi. Di Perumahan Babatan Pilang, Wiyung, juga ada balai
RW yang respresentatif untuk jadi tempat sekolah baru bagi siswa yang masuk
kategori kurang mampu.
Perintah untuk pendataan balai RW tersebut datang dari
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Dia mengungkapkannya pada Sabtu (18/7) kepada
awak media. Sebab, pada tahun ajaran baru ada siswa yang sulit mendapatkan
akses ke media pembelajaran daring tersebut.
Nah, BLC dan balai RW menjadi solusinya. Tetapi harus
dilengkapi sarana dan prasarana. Belajar di BLC dan balai RW hanya dikhususkan
untuk siswa kategori tidak mampu.
Zaini menyebut ada balai RW yang sudah jarang
digunakan sehingga perlu perbaikan ringan. Warga setempat pun mau kerja bakti
untuk mengecat atau membersihkan balai RW tersebut. ’’Kalau yang di tengah kota
kondisinya bagus. Tapi ukurannya kecil,’’ paparnya.
Nah, untuk menyiasatinya, ada sejumlah alternatif.
Misalnya, menggunakan balai kelurahan atau kecamatan di tengah-tengah
permukiman padat penduduk. Opsi tersebut masih dikaji untuk memastikan bahwa
aman buat tempat belajar anak-anak.
’’Akan dipastikan dulu skema belajarnya seperti apa
dengan anak-anak itu. Mungkin pekan depan sudah bisa dijalankan,’’ ujar Zaini.
Pemkot juga akan memastikan balai RW itu dilengkapi
pula dengan sarana dan prasarana kesehatan. Misalnya, tempat cuci tangan dan
hand sanitizer. Begitu pula di BLC.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Surabaya M.
Fikser mengungkapkan, ada 53 lokasi BLC yang tersebar di banyak tempat di
Surabaya. BLC tersebut ada yang berlokasi di flat milik pemkot. Ada pula yang
berada di taman.
’’Kalau di BLC, semua sudah lengkap. Sudah ada
komputer dan jaringan internetnya,’’ ungkap Fikser kemarin.
Hanya, selama masa pandemi, kegiatan di BLC
dihentikan. Biasanya, BLC digunakan untuk pelatihan multimedia dan internet
sehat bagi warga Surabaya. Termasuk dasar-dasar membuat desain dan presentasi
yang ciamik.
Fikser menyebutkan, rata-rata kapasitas BCL itu
sekitar 20 orang. Beberapa BLC terdapat satu meja dan satu kursi untuk satu
orang. Meskipun ada pula yang tetap untuk dua orang. Physical distancing bisa
dilakukan di BLC tersebut. ’’Nanti dilengkapi tempat cuci tangan pakai sabun
dan hand sanitizer,’’ kata pria asal Serui, Papua, itu.
Yang juga dipersiapkan adalah protokol kesehatan di
dalam BLC. Sebab, pemkot sudah punya kebijakan untuk tidak menggunakan
pendingin udara atau air conditioner (AC). Sebab, dalam ruangan tertutup,
potensi persebaran Covid-19 lebih besar. Maka, sekarang seluruh kantor Pemkot
Surabaya tidak boleh menggunakan AC. Gantinya, kipas angin dan jendela dibuka
lebar-lebar.
’’Ruangan BLC nanti disterilkan begitu selesai
digunakan. Komputer juga akan dibersihkan dengan cairan disinfektan,’’ ungkap
Fikser yang begitu aktif di Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di
Surabaya.
Yang tidak kalah penting, akan disiapkan masker kain
untuk anak-anak. Masker itu hanya digunakan untuk anak yang lupa membawa
masker. ’’Kasihan kan kalau nanti mereka sudah jauh-jauh datang tapi tidak
boleh masuk karena tidak bawa masker,’’ papar Fikser.
Balai RW dan BLC Jadi New School
·
Total ada 1.360 RW di Surabaya. Sebanyak 1.200 RW
sudah disurvei.
·
Total BLC ada 53 lokasi. Kapasitas satu BLC sekitar 20
orang.
·
Belum semua layak untuk dijadikan new school. Ada yang
berukuran kecil dan tidak layak.
·
Opsi lain akan digunakan balai kelurahan atau balai
kecamatan.
·
Total BLC ada 53 lokasi. Kapasitas satu BLC sekitar 20
orang.
·
Akan diberi sarana cuci tangan dan hand sanitizer.
·
Peralatan dan fasilitas lain dibersihkan secara
berkala.
Sumber : Jawapos