BERITANESIA.id - Biarpun
jumlah kasus harian Covid-19 yang dilaporkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Covid-19 hanya seribu, seribu seratus, seribu dua ratus, dua ribu sekian, tapi
jumlah kumulatif kasus positif Covid-19 di Indonesia terus bergerak ke puncak
pandemi. Tanggal 18 Juli 2020, pukul 12.00 WIB, jumlah kasus Covid-19 di
Indonesia sejak kasus pertama terdeteksi tanggal 2 Maret 2020 dilaporkan
sebanyak 84.882. Jumlah ini melampuai jumlah kasus China (83.644) sehingga
Indonesia menyalip China dalam jumlah kasus Covid-19.
Padahal, di awal pandemi banyak kalangan yang memperkirakan
‘neraka’ pandemi virus corona akan terjadi di China dan Korea Selatan.
Tapi, karena dua negara itu menghadapi pandemi dengan kepala dingin mereka
melancarkan program yang bisa menanggulangi penyebaran virus corona.
China, misalnya, melakukan lockdown di beberapa kota sejak 23 Januari 2020 dan
melancarkan tes massal secara sistematis. Maka, hot spot atau episentrum Covid-19 tidak
terjadi di China. Laporan siteus independen, worldometer, terakhir
menunjukkan kasus di China 83.644 yang menempatkan Negeri Tirai Bambu itu di
peringkat ke-25 dunia.
Begitu juga dengan Korsel. Menyadari negaranya sebagai tujuan
utama pelacong asal Wuhan, tempat kasus pertama virus corona terdeteksi, Negeri
Ginseng itu melakukan langkah-langkah strategis yang jitu. Warga diminta tetap
di rumah, pakai masker kalau ke luar rumah, jaga jarak dan cuci tangan. Tes
swab dilancarkan dengan sekala nasional melalui 633 outlet di seluruh negeri sejak
2 Januari 2020 atau dua hari setelah Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO)
menerima laporan virus yang belum terindentifikasi penyebab pneumonia di Wuhan,
31 Desember 2019.
Maka, ketika di awal Januari 2020 puluhan ribu pelacong asal
Wuhan, perkiraan ahli menyebutkan sebagian besar pelancong itu tertular virus
corona tapi tanpa gejala, tidak terjadi penularan ke warga. Yang kontak dengan
pelancong itu hanya orang-orang yang terkait lansung, seperti karyawan hotel,
transportasi, restoran, dll. Sedangkan warga lain tetap memilih tinggal di
rumah. Laporan terakhir menunjukkan kasus di Korsel 13.711 berada di peringkat
ke-66 dunia.
Dunia kaget ketika episentrum justru terjadi di Italia yang
disusul Spanyol. Selanjutnya menyeberang ke Amerika Serikat.
Celakanya, banyak negara yang lagi-lagi adem-ayem karena
menganggap negaranya ‘kebal’ virus corona dengan komentar-komentar yang
nyeleneh menyepelekan ancaman pandemi virus corona global.
Di Eropa lima negara susul-menyusul ke puncak pandemi yaitu Rusia,
Spanyol, Italia, Inggris dan Prancis.
Di Amerika Selatan episentrum terjadi d Brasil yang sekrang
bercokol di peringkat ke-2 dunia.
Di Asia episentrum terjadi di India yang disusul Iran. Afrika
Selatan jadi episentrum di Benua Afrika yang disusul Mesir.
Di kawasan ASEAN Indonesia jadi episentrum Covid-19. Sebelum ada
kasus Covid-19 terdeteksi tidak ada langkah-langkah strategis yang dilakukan
pemerintah, malah menganggap remeh ancaman pandemi virus corona. Media massa
dan media online menyebarluaskan diskusi dan talkshow terkait pandemi Covid-19
yang tidak pernah berujung.
Jumlah kasus (84.882) merupakan hasil tes dari 697.043 warga. Jika
dihitung proporsional per 1 juta populasi maka angkanya hanya 2.553. Ini rendah
bahkan di kawasan ASEAN hanya sepadan dengan Myanmar 1.825. Bandingkan dengan
Singapura 172.498, Brunei 79.506, Malaysia 26.816, Filipina 9.938, Thailand
8.647, Laos 3.121, Kamboja 3.036, dan Vietnam 2.824.
Namun, soal proporsi tes ini Jubir Pemerintah untuk Penanganan
Covid-19, Achmad Yurianto, berkelit dengan membandingkan proporsi tes per 1
juta penduduk DKI Jakarta dengan Thailand. Ini benar-benar di luar akal sehat
karena DKI Jakarta adalah kota atau provinsi dan Thailand sebuah negara.
Maka, hari ini, 18 Juli 2020 Indonesia (84.882) melampaui China
dalam jumlah kasus Covid-19 (83.644) dan masuk ke ‘papan atas’ pandemi Covid-19
global.
Sumber : tagar.id