• Beranda
  • Berita
  • Udara Kering dan Pemanas Ruangan Bisa Perburuk Virus Corona Covid-19
Gaya Hidup

Udara Kering dan Pemanas Ruangan Bisa Perburuk Virus Corona Covid-19

By Kamis, 23 Juli 2020 Pengunjung (1368) 3 Menit Bacaan
udara-kering-dan-pemanas-ruangan-bisa-perburuk-virus-corona-covid-19 -

BERITANESIA.id - Virus corona Covid-19 berkembang lebih buruk dalam cuaca dingin, karena udara kering dari pemanas sentral dalam ruangan bisa mempercepat penyebaran virus.

Sebelumnya, analisis menunjukkan bawa tingkat keparahan virus corona Covid-19 akan menurun pada cuaca yang lebih hangat atau musim panas.

Tetapi, para ahli memperingatkan bahwa analisis itu bisa melukiskan gambaran suram karena musim berubah menjadi lebih dingin di tengah pandemi virus corona Covid-19 yang belum usai.

Para peneliti pun menganalisis data dari 6.914 pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit dengan virus corona Covid-19 di Kroasia, Spanyol, Italia, Finlandia, Polandia, Jerman, Inggris dan China.

Mereka memetakan analisis ini sesuai suhu lokal dan memperkirakan kelembapan dalam udara. Mereka pun menemukan bahwa pasien dalam kondisi parah yang dibawa ke rumah sakit, masuk ke ICU dan membutuhkan ventilator pun menurun di sebagian besar negara-negara Eropa selama pandemi, akibat transisi dari musim dingin ke awal musim panas.

Penelitian yang belum ditinjau oleh rekan sejawat menunjukkan adanya penurunan tingkat kematian akibat penyakit tersebut.

Para peneliti King's College London, mengatakan ada sekitar 15 persen penurunan angka kematian untuk setiap kenaikan suhu satu derajat celcius.

Sebaliknya, tingkat keparahan gejala dan angka kematian tetap konstan di China selama gelombang pertama pandemi virus corona Covid-19. Hal itu terjadi di sepanjang musim dingin.

Penelitian ini juga melihat data lebih dari 37 ribu pengguna aplikasiCovid Symptom Study yang melaporkan gejala virus corona Covid-19 secara konsisten.

Hasilnya, menunjukkan adanya penurunan serupa dalam keparahan gejala yang terjadi sejak Maret hingga Mei 2020 ketika suhu cuaca di Inggis naik.

Menurut para peneliti, perubahan jumlah kasus virus corona Covid-19 itu terlalu banyak dijabarkan bila dihubungkan dengan pengobatan penyakit, usia pasien atau rumah sakit.

Kondisi itu cukup menunjukkan adanya pengaruh suhu cuaca atau musiman pada pertumbuhan virus corona Covid-19. Meskipun virus ini dapat dengan jelas menyebar di negara-negara panas dan lembap di Asia Timur.

Tapi, tidak ada keparahan dan kematian akibat penyakit ini lebih rendah daripada dii Eropa dan daerah beriklim sedang lainnya.

Para peneliti pun mengatakan mesin pemanas dalam ruangan selama musim dingin bisa berkontribusi pada penyebaran penyakit. Karena, pemanas ruangan itu mengeringkan penghalang lendir pelindung di dalam hidung dan saluran udara. Sehingga infeksi virus corona Covid-19 lebih mudah terjadi.

 

"Temuan kami menunjukkan peran musiman atau suhu cuaca dalam transmisi dan tingkat keparahan virus corona Covid-19. Temuan ini juga berpendapat peningkatan kelembapan dan hidrasi sebagai cara untuk memerangi virus," jelas Dr Gordan Lauc, profesor biokimia dan biologi molekuler di Universitas Zagreb dikutip dari The Sun.

Temuan ini menggambarkan kondisi yang lebih parah pada musim dingin berikutnya di Eropa. Karena, kasus virus corona Covid-19 mungkin lebih parah saat musim dingin itu datang.

"Studi ini menyoroti pentingnya mengumpulkan data jangka panjang tentang kejadian, gejala dan perkembangan virus corona Covid-19 dari banyak orang," kata Profesor Tim Spector dari King's College London.

Menurutnya, dengan memahami banyak faktor yang berkontribusi terhadap keparahan dan penyebaran penyakit, nantinya dapat menerapkan langkah-langkah efektif dalam mengendalikan virus corona Covid-19.

Dr Simon Clarke, profesor mikrobiologi seluler di University of Reading, mengatakan studi ini menunjukkan hubungan antara suhu cuaca dan tingkat keparahan gejala virus corona Covid-19.

"Mungkin karena suhu rendah memperlambat lendir normal virus yang menginfeksi di saluran hidung kita. Jika memang ada gelombang infeksi di Inggris pada musim dingin, hal itu bisa bertepatan dengan flu musiman," jelasnya Dr Simon.

 

Sumber : suara.com

Tag Terkait :

Berita Lainnya