Tradisi Potong Jari Suku Dani, Mengerikan Tapi Penuh Makna
BERITANESIA.id - Suku Dani memiliki tradisi yang menarik untuk diulas.
Tradisi yang disebut dengan Iki Palek tersebut dilakukan oleh Suku Dani di
Lembah Baliem, Papua.
Iki Palek merupakan tradisi memotong jari. Bagi orang-orang awam tentunya
tradisi ini terlihat mengerikan, tetapi bagi Suku Dani memiliki makna yang
sangat mendalam. Potong jari tersebut dilakukan untuk mengungkapkan kesetiaan
dan rasa kehilangan yang mendalam terhadap anggota keluarga yang telah
meninggal.
Suku Dani sendiri merupakan suku yang mendiami Lembah Baliem di ketinggian
sekitar 1.600 mdpl, dan terletak pada zona stratigrafi gugusan pegunungan
tengah Irian Jaya, sebagai hasil dari fenomena proses geologi.
Penduduknya berprofesi sebagai petani dan diketahui telah memiliki
teknologi penggunaan kapak batu, pisau tulang belulang, bamboo, dan tombak saat
Suku Dani ditemukan.
Keberadaan Suku Dani diketahui dari berbagai penelitian yang dilakukan
sekitar tahun 1900-1940. Barulah pada tahun 1983 seorang bernama Richard
Archbold pemimpin sebuah ekspedisi, bersentuhan langsung dengan Suku Dani.
Tradisi-tradisi yang dimiliki Suku Dani sangatlah beragam seperti Bakar
Batu yakni ritual sebagai tanda rasa syukur dan menyambut kebahagiaan serta
atas kelahiran, kerukunan dan kemenangan perang.
Selain tradisi atas rasa syukur kelahiran, Suku Dani juga memiliki tradisi
untuk anggota keluarga yang meninggal yakni Iki Palek atau pemotongan jari.
Jari yang dipotong menandakan jumlah anggota keluarga yang meninggal.
Diketahui bahwa sebagaian besar yang melakukan tradisi tersebut adalah wanita,
tetapi pria juga melakukan untuk menunjukkan rasa kesedihan. Pria
menunjukkannya dengan memotong kulit telinga.
Bagi Suku Dani, jari diangggap sebagai simbol harmoni, persatuan, dan
kekuatan. Selain itu, juga mnejadi lambang hidup bersama satu keluarga, marga,
rumah, suku, nenek moyang, bahasa, sejarah, dan satu asal atau biasa disebut
dengan “wene opakima dapulik welaikarek mekehasik”.
Bentuk dan panjang jari memiliki kesatuan dan kekuatan untuk meringankan
beban semua pekerjaan. Jari-jari akan bekerja sama, sehingga tangan akan
berfungsi. Namun jika salah satu jari hilang akan mengurangi kebersamaan dan
kekuatan.
Prosesi yang dijalankan pun cukup mengerikan. Para wanita akan memotong
jari mereka dengan menggigit sampai jari putus. Terkadang dilakukan dengan
kapak atau pisau.
Untuk mengurangi darah yang keluar, jari akan dililit dengan benang. Mereka
mengikat jari dengan benang sampai aliran darah berhenti dan jari menjadi mati
rasa kemudian baru dipotong.
Kemudian bagi laki-laki, mereka memotong daun telinga menggunakan bilah
bambu yang tajam. Tradisi memotong daun telinga disebut dengan tradisi Nasu
Palek. Apabila tidak bisa melakukannya sendiri makan akan dibantu oleh kerabat
dan tidak ada upacara khusus.
Asalkan jari sudah terputus maka tradisi Iki Palek telah terlaksana. Luka
akan dibalut dengan daun dan diperkirakan satu bulan kemudian luka akan
mengering serta menjadi sembuh.
Jika yang meninggal adalah orang tua maka dua ruas jari yang dipotong.
Apabila sanak saudara maka hanya satu ruas jari yang dipotong. Sebelum
dipotong, mereka yang jarinya akan dipotong membaca mantra.
Sikap taat dan menghormati leluhur dan rasa cinta, kebersamaan terhadap
orang terdekat yang dimiliki Suku Dani, membuat mereka rela merasakan sakit
yang luar biasa melalui prosesi tersebut. Harapan dengan memotong jari tersebut
juga agar mereka bisa melupakan kesedihan dengan segera.
Selain pemotongan jari, Suku Dani juga melakukan mandi lumpur. Itu
dilakukan sebagai arti bahwa semua yang hidup juga akan kembali ke tanah.
Prosesi Iki Palek sendiri sudah jarang dilakukan oleh Suku Dani walaupun
masih lestari dan tentunya kalian akan menemukan banyak ibu-ibu dengan jari
yang sudah tidak utuh lagi. Orang-orang akan menanggap babwa tradisi tersebut
sangatlah mengerikan tapi Indonesia memiliki berbagai kebudayaan unik dan harus
dihormati.
Sumber : goodnewsfromindonesia.id