Sekolah Bermutu Sekarang Tak Harus Mahal




Setidaknya, harapan masyarakat tentang pendidikan berkualitas namun berbiaya rendah mendapat angin segar. Senin, 24 September 2022, SMP Muhammadiyah 44 Pamulang melaunching sebuah program yang oleh Kepala Sekolah, Bapak Dolay S.PdI disebut sebagai akrobat dalam metode menaikkan kualitas pendidikan. Program tersebut adalah Integrasi Sekolah Digital dan Penguatan Ekonomi Sekolah (ISDIPES). Launching tersebut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dalam pendidikan di Muhammadiyah, antara lain; Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Banten beserta jajaran, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tangerang Selatan beserta jajaran, Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pamulang, serta dari Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

 

Sebagaimana namanya, program ini menggabungkan dua konsep besar, yang pertama adalah konsep Sekolah Digital, sementara yang kedua adalah Konsep Penguatan Ekonomi Sekolah.

 

Konsep Sekolah Digital pada dasarnya adalah penggunaan teknologi digital untuk melakukan optimalisasi proses belajar mengajar, baik dalam hal komunikasi akademik antara guru, siswa dan orang tua sebagai warga belajar utama, maupun dalam hal administrasi pendididkan, dimana Pendidikan memiliki banyak indikator-indikator untuk meng-capture perkembangan akademis siswa. Dimasa ini, penerapan teknologi digital untuk menunjang kegiatan belajar mengajar sepertinya sudah menjadi keharusan. Sekolah yang tidak bersegera untuk mengimplementasikannya, akan berpotensi tertinggal dengan sekolah-sekolah lain yang lebih dahulu menerapkannya secara terukur dan sistematis.

 

Sebagaimana diketahui, penerapan sekolah digital ini menimbulkan konsekuensi finansial berupa biaya-biaya atas teknologi yang digunakan. Sebutlah, device berupa tablet atau laptop, aplikasi Pendidikan, konten-konten digital, akses internet, dan lain-lain. Tentu menjadi beban bagi wali siswa bila seluruh biaya penerapan sekolah digital tersebut dibebankan kepada orang tua dalam bentuk biaya-biaya tambahan atau kenaikan SPP. Harus dipikirkan cara agar biaya tersebut dapat dipenuhi tanpa harus membebani wali siswa.

 

Pada titik itulah, penguatan ekonomi sekolah melalui konsep value exchange atau benefit exchange dimunculkan dan memberikan oase, betapa tidak setiap upaya peningkatan kualitas sekolah, meskipun membutuhkan biaya yang tidak kecil, musti selalu dipenuhi dengan membebani orang tua dengan tambahan biaya ini dan itu.

 

Biaya penerapan sekolah digital tersebut dapat dipenuhi dengan hanya meminta wali siswa memindahkan konsumsi belanja kebutuhan sehari-harinya ke gerai milik koperasi sekolah. Setiap komoditas yang dijual di koperasi tersebut diberikan point reward. Semakin banyak belanja, maka semakin banyak point reward dikumpulkan. Poin reward inilah yang digunakan untuk membayar biaya-biaya yang dibutuhkan dalam digitalisasi pendidikan sang siswa, yakni kebutuhan atas device, aplikasi serta konten-konten digital. Menjadi semakin menarik, saat harga-harga beberapa barang yang disajikan juga lebih murah dibandingkan gerai-gerai diluar koperasi sekolah, karena pengelola berusaha mendapatkan barang langsung dari produsen tangan pertama. Hal ini akan menjadikan konsumsi wali siswa semakin massif. Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Banten, Dr. Syamsuddin menyebutkan, bahwa laku ekonomi ini berpotensi mengkonsolidasikan potensi ekonomi warga Muhammadiyah yang awalnya tercerai berai berbelanja di gerai-gerai milik para pemain retail lainnya, menjadi terkonfergensi ke gerai koperasi sekolah Muhammadiyah. Bahkan, yang lebih unik lagi, saat biaya digitalisasi pendidikan tersebut telah lunas, poin-poin reward tadi dapat dikonversi untuk membayar SPP, uang gedung atau kebutuhan pendidikan lainnya.

 

Pada Sisi yang lain, Ketua Majelis Dikdasmen PW Muhammadiyah Banten, Muh. Badrus M.Pd menambahkan, Mewujudkannya tentu tak semudah mengucapkan, ada banyak komponen yang harus di kolaborasikan agar pertukaran value antar komponen dapat berjalan dengan baik. Dari dimensi sekolah Pendidikan, dibutuhkan konten-konten digital yang menarik, aplikasi yang tangguh dan berfitur lengkap, guru-guru yang memiliki skill dan habit digital, infrastruktur-infrastruktur teknologi di sekolah. Di sisi yang lain, dari dimensi penguatan ekonomi sekolah, membutuhkan supply chain, mini-banking, aplikasi marketplace dan Point of sales, tata gerai, SDM yang terlatih, delivery, dan lain sebagainya.

 



Oleh Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Banten, hal ini ditata kelolai oleh sebuah tim yang disebut Tim Implementasi Program (TIP) yang diketuai oleh Muh Irfan Nugroho yang sejak awal merancang konsep dan menginisiasi program ini. Tim inilah yang bertugas menjamin kedua konsep yang diintegrasikan dapat berjalan selaras. Irfan Nugroho menegaskan, “Ini adalah sebuah revolusi dalam pendidikan. Pada akhirnya sekolah-sekolah yang tidak memiliki kemampuan finasial besar, bisa melakukan inovasi-inovasi pendidikan, yakni dengan penguatan ekonomi sekolah yang terintegrasi dengan program inovasi yang akan dilakukan sekolah”. “saatnya sekolah ‘air mata’ berevolusi menjadi sekolah ‘mata air’” ,Pungkasnya.


penulis : Irfan Nugroho


Tags